Makanan kerak telur khas Betawi ini, memang sering menjadi buruan warga Kudus yang memang hanya bisa menikmati ketika momen seperti ini."
Kudus (ANTARA News) - Perayaan Dandangan yang setiap tahun digelar merupakan tradisi masyarakat di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sebagai tanda awal pelaksanaan ibadah puasa bulan suci Ramadhan.

Tradisi Dandangan tersebut berawal dari suara beduk yang ada di atas menara Masjid Al-Aqsa Kudus sembari terdengar lantunan salawat untuk Nabi Muhammad SAW serta puja dan pujian kepada Allah SWT oleh Sunan Kudus yang diikuti muridnya.

Suara beduk yang berirama mengundang penduduk di sekitar Kudus yang kala itu sebagian masih beragama Hindu untuk datang.

Mereka terpesona ketika Sunan Kudus melantunkan tembang gending mijil dan maskumambang yang syairnya berisi ajaran Islam.

Kesempatan tersebut saat ini, dimanfaatkan pula penduduk di sekitar masjid untuk menjual kerak ketan, nasi kuning, lontong opor, dan makanan lainnya.

Maklum tidak semua warga yang datang ke masjid membawa bekal, meskipun kehadiran mereka berlangsung hingga sahur esok harinya.

Tradisi Dandangan yang sudah berlangsung selama ratusan tahun tersebut, semakin menjadi magnet dan penggerak ekonomi.

Pedagang yang datang untuk mencari keuntungan tidak hanya dari masyarakat lokal Kudus, melainkan hampir dari sejumlah daerah di Tanah Air ikut meramaikan tradisi tahunan tersebut.

Kesempatan tersebut, juga bisa dimanfaatkan warga Kudus yang ingin menikmati makanan maupun mainkan khas daerah lain, seperti kerak telur khas Betawi atau mainan kapal "otok-otok" khas Cirebon serta mainan gerabah khas Jepara.

Eko Supriyanto, salah seorang pedagang makanan kerak telur khas Betawi, di Kudus, Rabu mengakui, tradisi Dandangan memang menjadi kesempatan emas buat dirinya dalam mencari keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Penghasilan dalam sehari, katanya, bisa mencapai Rp300.000, karena banyaknya warga Kudus dan sekitarnya yang memanfaatkan momentum Dandangan untuk berjalan-jalan menikmati keramaian.

"Makanan kerak telur khas Betawi ini, memang sering menjadi buruan warga Kudus yang memang hanya bisa menikmati ketika momen seperti ini," ujarnya.

Pada hari-hari biasa, katanya, jarang ada yang berjualan kerak telur khas Betawi yang dijual antara Rp13.000 hingga Rp15.000 per porsi.

Hadir ke Kudus saat momentum Dandangan seperti sekarang, kata dia, sudah beberapa kali, karena penghasilan yang diperoleh cukup menggiurkan.

Makanan atau mainan khas luar daerah memang mudah di jumlah di Kudus, mengingat momentum Dandangan menjadi daya tarik bagi sejumlah pedagang dari luar Kudus.

Mainan tradisional khas Cirebon, seperti kapal "otok-otok" yang terbuat dari bahan seng juga marak dijajakan di Kudus yang mudah dijumpai di kawasan Menara Kudus maupun di sepanjang Jalan Sunan Kudus.

Disar (26), seorang pedagang kapal "otok-otok" yang juga warga Cirebon, Jabar, mengakui, sengaja datang ke Kudus untuk berjualan kapal khas daerahnya, karena setiap momen dandangan cukup banyak peminat.

Dalam sehari, katanya, bisa menjual antara 30 unit hingga 60 unit kapal dengan harga jual antara Rp10.000 hingga Rp15.000 per unitnya.

Untuk bisa berjualan di Kudus, dia mengaku, harus merogoh kocek hingga Rp1 juta untuk sewa tempat yang berukuran sekitar 1x2 meter.

Akan tetapi, kata dia, biaya sewa tersebut sudah bisa ditutup dengan penghasilannya selama musim perayaan Dandangan.

Mainan khas lain yang sering dijajakan selama musim Dandangan, yakni mainan yang terbuat dari tanah yang merupakan hasil produksi warga Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara.

Berdasarkan pengamatan, di sepanjang Jalan Sunan Kudus terlihat sejumlah pedagang mainan yang berasal dari tanah liat.

"Mayoritas pedagang gerabah mainan berasal dari Kabupaten Jepara," ujar Aswati, pedagang gerabah mainan dari Mayong, Jepara.

Selain berjualan, kata dia, dirinya juga menjadi pemasok mainan dari tanah liat, seperti mainan boneka hewan hingga peralatan masak serta kompor mainan dengan harga jual antara Rp1.000 hingga Rp30.000 per unit.

Ia mengakui, berjualan hanya memanfaatkan momen Dandangan serta perayaan kupatan di Solo.

Sediakan 350 Gerai
Semakin banyaknya pedagang yang berminat berjualan pada momentum Dandangan, Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Kudus melakukan penataan tempat jualan agar aktivitas sehari-hari warga setempat juga tidak terganggu.

Kabid Pengelolaan Pasar pada Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Kudus, Bambang Gunadi mengungkapkan, jumlah gerai yang tersedia sebanyak 350 gerai yang memanfaatkan Jalan Sunan Kudus.

Ratusan gerai yang akan disewakan ke pedagang selama perayaan tradisi Dandangan di daerah setempat selama 19--28 Juni 2014 itu, kata dia, tidak hanya untuk warga Kudus, melainkan pedagang dari luar daerah juga ikut menyewa tempat jualan tersebut.

"Selain menyiapkan ratusan gerai pedagang, kami juga menyiapkan lahan lesehan untuk para pedagang yang hendak berjualan secara lesehan karena pedagang yang tertarik diperkirakan cukup banyak," ujarnya.

Hingga hari ini (11/6), kata dia, jumlah pedagang yang menyewa tempat jualan tercatat sebanyak 256 pedagang.

Untuk memberi kesempatan kepada pelaku usaha kecil di Kudus, katanya, disediakan satu gerai gratis untuk memamerkan sejumlah produk khas Kudus.

Meskipun tidak ada aturan ketat dalam menyewa tempat jualan, kata dia, warga Kudus tetap mendapat prioritas, agar mereka juga ikut menikmati keuntungan pada momen Dandangan yang secara resmi akan diberlakukan mulai 19--28 Juni 2014. 

Oleh Akhmad Nazaruddin Lathif
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014