"Segala jenis bencana di dunia itu ada di Indonesia," katanya di Banda Aceh, Kamis.
Pernyataan itu disampaikan Suharyanto dalam pidatonya pada penutupan rangkaian kegiatan peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 2024 di Balai Meuseuraya Aceh, Banda Aceh.
Dia mengatakan, Indonesia menduduki peringkat 35 negara dengan jumlah kejadian bencana tertinggi di dunia. Tetapi, jika dilihat dari semua jenis bencana yang terjadi di Indonesia, mungkin masuk dalam lima besar.
Ia menuturkan, karena banyaknya jenis bencana alam yang terjadi, maka Indonesia juga menjadi salah satu rujukan dalam hal penanggulangan bencana dunia.
Memang, lanjut dia, negara yang kerap menjadi rujukan penanggulangan bencana yang diketahui adalah Jepang. Tetapi, negara tersebut hanya terdepan pada bencana gempa bumi dan tsunami.
Kalau untuk gunung meletus, bahkan hampir tidak pernah terdengar lagi setelah gunung Fuji pada 1708. Kemudian, banjir tidak pernah dialami, serta kebakaran hutan dan lahan juga hampir tidak terjadi.
"Tetapi di Indonesia, bencana hidrometeorologi basah, kering, vulkanologi gunung meletus, gempa bumi, tsunami, siklon, angin topan juga ada," ujarnya.
Dia menambahkan, bukti Indonesia mengalami ragam jenis bencana alam tersebut dapat dilihat dari angka peristiwa yang terjadi setiap tahunnya yang sampai ribuan kali. Bahkan, pada 2023 lalu mencapai 5.400 kejadian bencana di Indonesia.
"Ini terbukti setiap tahun jumlah bencana fluktuatif (dalam tiga tahun terakhir), yang terbesar memang 2021 dan 2023. Antara lain 2021 sebanyak 4.042 kali, 2022 turun menjadi 3.544 kali. Lalu, kembali meningkat pada 2023 mencapai 5.400 kali bencana," ujar Suharyanto.
Baca juga: BNPB: Dalam sehari Indonesia dilanda hingga 10 kali bencana alam
Baca juga: BNPB: Peristiwa tsunami Aceh harus disosialisasikan ke generasi muda
Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024