Jakarta (ANTARA News) - Seorang akuntan asal London Andy Smith terbiasa menghasilkan banyak uang di kota, tapi dia mengatakan menyerah pada hasil besar kapitalisme setelah lima bulan bersepeda melintasi Brasil yang akhirnya membukakan matanya pada kehidupan nyata para orang kaya.

Pria bertubuh ramping dengan kulit terbakar matahari berusia 35 tahun, Andy Smith, berdiri di panas yang memanggang di luar arena Amazonia di Manaus pada hari Kamis setelah bersepeda hampir 8.000 kilo meter di selatan kota Porto Alegre pada Januari.

"Saya datang ke sini untuk mencari inspirasi, dan saat saya kembali saya perlu menemukan sesuatu yang berbeda," kata Andy pada Reuters, dia mengatakan mungkin ingin bekerja untuk "perusahaan sosial, sebuah bisnis yang mencoba membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik, bagaimanapun juga."

Andy menambahkan: "Setidaknya itu tidak hanya mengocok uang dari pemegang saham ke pemasok ke apa saja yang sudah saya lakukan selama bertahun-tahun dan tidak menginspirasi saya."

Penggemar berat tim sepak bola Inggris itu berhenti dari pekerjaannya September lalu dan bersiap untuk melakukan perjalanan.

And mengatakan dia ingin menjelajahi Brasil sebagai "sesuatu yang sedikit lebih mencerahkan orang asing dari pada sekedar memahaminya sebagai stereotype orang-orang setengah telanjang yang menari samba di pantai."

Dia menambahkan: "Negara ini lebih dari itu, Brasil sangat beragam, dan saya senang melihatnya."

Andy pernah touring di stadion ternama Maracana di Rio de Janeiro. Dia juga mengunjungi beberapa sekolah pada awal perjalanannya.

"Saya tidak menyadari betapa ramah dan bersahabatnya orang Brasil . Anak-anak sangat tertarik dan ingin memotret, dan sekarang saya punya 40 teman baru di Facebook," katanya.

Setiap hari Andy mempelajari peta di tablet-nya dan mengetik koordinat tujuannya di perangkat GPS yang ditempel di setang sepeda hitamnya.

Kemudian ia bersepeda enam atau tujuh jam sehari di padatnya jalan tol, berusaha sebaiknya menghindari truk, lubang besar, dan sekali-kali kuda mati.

Pengalaman terburuknya adalah mencoba menolong laki-laki yang tertabrak mobil. Untungnya, Andy sigap melakukan pertolongan pertama sehingga korban tetap selamat sampai ambulans datang.

Pengalaman baik dan buruk akan membantunya terus semangat saat dia kembali ke London.

"Saya butuh pekerjaan. Saya kehabisan uang. dan saya butuh melanjutkan hidup normal saya," kata dia.

Namun sebelum itu, dia bisa menikmati Piala Dunia. Andy punya tiket untuk tiga laga Inggris dalam grup dan meramalkan tim jagoannya akan sampai ke delapan besar.

"Saya harap kita bisa berhadapan dengan Brasil di perempat final dan kita akan kalah tanpa terelakan dalam penalti, seperti kebiasaan kita dalam tiap pertandingan," katanya merujuk pada serentetan kekalahan menyakitkan di kompetisi internasional.(*)

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014