Ironis kalau makanan olahan seperti makanan camilan anak-anak membuat inflasi tinggi
Batam (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah kembali melemah menghadapi tekanan dolar AS yang kini hampir menyentuh level Rp12.000 dan pada Rabu sore rupiah berada pada 11.988 per dolar, terkoreksi 96 poin dari posisi penutupan hari sebelumnya 11.892 per dolar AS.

"Pelemahan rupiah ini dipicu oleh utang luar negeri perusahaan swasta yang jatuh tempo pada akhir semester satu (Juni-Juli) dan adanya peningkatan impor migas serta pangan olahan," kata Ekonom Bank BNI Tbk Ryan Kiryanto, di Batam, Rabu.

Ryan mengatakan seharusnya pengusaha swasta ini membeli dolar AS dengan menyicil, jadi tidak sekaligus membeli dolar AS untuk membayar utang luar negerinya.

Namun kata dia, mereka (pengusaha swasta) membeli dolar AS sekaligus, karena utang luar negerinya yang sudah jatuh tempo.

"Inilah yang membuat nilai tukar dolar AS naik," kata dia.

Selain itu dia menambahkan, nilai tukar dolar AS makin menguat lantaran melonjaknya impor pangan olahan untuk mengantisipasi kebutuhan puasa dan Lebaran.

Jelang puasa dan Lebaran, impor produk makanan dan minuman olahan meningkat, demikian pula dengan kebutuhan bahan bakar juga meningkat," katanya.

Ryan meminta pemerintah mewaspadai impor makanan dan minuman olahan ini, karena bisa menyumbang inflasi sangat tinggi dibanding bahan pangan.

"Ironis kalau makanan olahan seperti makanan camilan anak-anak membuat inflasi tinggi," kata dia.

Dia mengatakan pelemahan rupiah ini bersifat temporer dan diperkirakan pada akhir Juli nanti (setelah Pilpres dan Lebaran) tekanan rupiah akan melandai atau kembali normal.

Pewarta: Budi Suyanto
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014