Tidak banyak masyarakat yang menjadikan substansi kampanye sebagai pegangan. Tetap pada figur, seperti gaya, cara bicara, penampilan dan bahasa tubuh,"
Jakarta (ANTARA News) - Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indonesia Arbi Sanit menyatakan materi visi misi capres dan cawapres bukan merupakan pertimbangan utama bagi pemilih, karena kebanyakan dari mereka masih mementingkan figur.

"Tidak banyak masyarakat yang menjadikan substansi kampanye sebagai pegangan. Tetap pada figur, seperti gaya, cara bicara, penampilan dan bahasa tubuh," katanya kepada Antara di Kampus UI Depok, Kamis, mengenai efektivitas debat dan penyampaian visi misi capres dan cawapres selama masa kampanye ini.

Dekan Fakultas Ilmu Politik Universitas Nasional, Jakarta, 1980-1983 itu mengatakan penyampaian visi misi capres pada masyarakat belum efektif sehingga belum semua orang memahami program kerja dan target dari peserta pemilihan presiden dan wakil presiden.

"Visi misi adalah barang rumit yang dibuat dalam jangka waktu pendek. Penyampaiannya ada yang terlalu panjang, terlalu pendek, ada juga yang tergesa-gesa," ujarnya.

Kesempatan menyampaikan visi misi pada masyarakat lewat debat publik pun menurut dia belum maksimal.

"Perdebatan itu juga tidak cukup tajam karena melebar kemana-mana," kata Pembantu Dekan III Fisip UI tahun 1975-1978.

Ia menilai masyarakat akan lebih memahami visi dan misi bila para calon dapat memberi contoh target dan program kerja berdasar pengalaman.

"Mereka tidak menjual pengalaman tetapi jual apa yang mau dilakukan. Ini terlalu abstrak," katanya.

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli 2014 diikuti pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

(B009/H009)

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014