Sebanyak 80 persen dari lulusan perguruan tinggi bekerja di sektor yang tak terkait dengan kuliahnya

Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjadikan digitalisasi sebagai solusi untuk menggenjot kualitas pendidikan di kampus seluruh Indonesia.

“Kami harus mentransformasi pendidikan tinggi ke arah digitalisasi," kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi Kemendikbudristek Abdul Haris di sela Education USA di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu.

Ia mengungkapkan kualitas pendidikan tinggi di Tanah Air berkaitan erat dengan akreditasi. Namun, lanjut dia, dari 4.356 institusi pendidikan tinggi, sebanyak 1.501 universitas di Tanah Air belum terakreditasi.

Ribuan institusi pendidikan itu memiliki sekitar 9,8 juta mahasiswa, 338 ribu dosen, dan 32 ribu program studi (prodi) di seluruh Indonesia. Namun, lanjutnya, hanya lima universitas di Tanah Air yang masuk peringkat top 500 universitas dunia.

Baca juga: Sesjen Kemendikbud tekankan pentingnya peningkatan mutu pendidikan

Abdul menekankan kualitas merupakan salah satu dari tiga isu pendidikan tinggi Indonesia, selain akses dan kualitas lulusan yang terserap di dunia kerja.

Terkait akses disabilitas, ia menyebutkan hanya 2,8 persen pelajar dengan disabilitas yang menyelesaikan pendidikan tinggi. Kemudian terkait lulusan perguruan tinggi, per tahun menghasilkan sekitar satu juta orang lulusan yang justru menganggur.

“Sebanyak 80 persen dari lulusan perguruan tinggi bekerja di sektor yang tak terkait dengan kuliahnya,” kata Abdul Haris.

Untuk menanggulangi tantangan di pendidikan itu, kata dia, pemerintah membuat Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Baca juga: Sekjen Kemendikbud tekankan kolaborasi tingkatkan kinerja organisasi

“Setiap tahun kami mengirimkan lebih dari 2.000 sarjana strata satu ke luar negeri dan sekitar 50 persen diantaranya ke Amerika Serikat,” imbuhnya.

Tak hanya itu pihaknya juga menghumanisasi teknologi dalam proses belajar daring.

Kemudian pihaknya mengembangkan Sistem Pembelajaran Daring (Spada) Indonesia untuk mengatasi kapasitas terbatas dari institusi pendidikan tinggi.

“Spada Indonesia telah bermitra dengan Institut Pendidikan Siber Indonesia untuk memberikan kesempatan pembelajaran kualitas tinggi dari universitas dan institusi terbaik dunia,” kata Abdul Haris.

Baca juga: Kemendikbudristek: IISMA strategi untuk tingkatkan mutu pendidikan

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024