Jakarta (ANTARA) - Indonesia dan Kenya menandatangani Article of Agreement (AoA) G20 Global Blended Finance Alliance (GBFA) atau Aliansi Keuangan Campuran Global yang diinisiasi oleh Indonesia, untuk mendukung pembiayaan dalam merealisasikan proyek iklim dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Penandatangan AoA dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Republik Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan dan Perdana Menteri Kabinet Kenya, Musalia Mudavadi, di Jakarta, Kamis.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada Kenya atas komitmennya untuk menandatangani Articles of Agreement dari G20 Bali Global Blended Finance Alliance hari ini. Saya yakin anggota lain akan segera bergabung,” kata Menteri Luhut dalam acara penandatangan AoA G20 GBFA.
Global Blended Finance Alliance (GBFA) merupakan platform internasional untuk mengatasi kesenjangan pembiayaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) dan aksi iklim di negara-negara berkembang.
Baca juga: Menko Luhut sebut GBFA bantu atasi perubahan iklim
Menteri Luhut menuturkan negara-negara berkembang menghadapi kesenjangan pembiayaan tahunan yang mencapai 3 triliun dolar AS untuk aksi iklim dan pencapaian SDG. Kesenjangan itu menuntut upaya yang lebih kuat untuk meningkatkan investasi keuangan, menerapkan mekanisme pendanaan inovatif, dan mendapatkan komitmen dari pemerintah serta sektor swasta.
“Kami menyadari bahwa sumber daya publik sendiri tidak dapat memenuhi skala untuk mencapai SDGs dan aksi iklim. Dengan menggabungkan modal filantropi publik dan sektor swasta, G20 Bali GBFA, menurut saya, dapat meningkatkan investasi dan menciptakan pasar baru serta membuka triliunan yang dibutuhkan untuk menutup kesenjangan finansial,” ujarnya.
GBFA mewakili inisiatif inovatif untuk menerapkan prinsip-prinsip pendanaan campuran untuk mendukung transisi ramah lingkungan bagi negara-negara berkembang dan negara-negara kepulauan, serta South-South Cooperation.
Melalui GBFA, kerja sama selatan-selatan (South-South Cooperation) dapat memanfaatkan kekuatan dari beragam komunitas untuk mendorong kemajuan menuju tujuan bersama dengan melalui kolaborasi antarnegara.
Baca juga: Menko Luhut: GBFA atasi kesenjangan finansial proyek iklim
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) memimpin pembentukan forum GBFA selama Kepresidenan G20 Indonesia pada tahun 2022, bersama dengan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Adapun negara anggota pendiri GBFA yang menandatangani Letter of Intent antara lain Kanada, Republik Demokratik Kongo, Fiji, Perancis, Kenya, Luksemburg, Sri Lanka, UEA, dan Indonesia.
“Negara-negara berkembang akan difasilitasi dalam mempersiapkan platform negara agar dapat menjadi bankable bagi calon investor. GBFA berupaya menyalurkan modal ke bidang-bidang yang tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini tetapi juga menjaga masa depan generasi mendatang,” tutur Menteri Luhut.
Selanjutnya, Menteri Luhut akan menyampaikan hasil penandatangan AoA tersebut kepada Presiden Indonesia terpilih Prabowo Subianto pada Sabtu.
“Saya berharap GBFA juga akan resmi menjadi organisasi internasional. Dan kami sangat berharap agar ratifikasi oleh masing-masing negara segera menyusul. Dan kami juga mendorong UEA, Fiji, Republik Demokratik Kongo, Luksemburg, Sri Lanka, Kanada, Prancis, dan negara-negara lain untuk bergabung dengan G20 Bali GBFA pada COP29 di Baku tahun ini,” ujarnya.
Ia berharap GBFA akan segera menjadi organisasi internasional dan mendorong keterlibatan banyak negara di dalamnya.
“Kami juga mencatat bahwa Papua Nugini, Jerman, Australia, dan Singapura telah menyatakan minatnya untuk berpartisipasi dalam organisasi internasional baru ini. Sekali lagi, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para mitra atas dukungannya terhadap visi kolektif kita melalui berbagai kegiatan di G20 Bali GBFA,” katanya.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2024