Jakarta (ANTARA News) - Sekitar 12.00 desa di Jateng dan Jatim akan ditetapkan sebagai Desa Siaga karena telah meneuhi persyaratan untuk mendeteksi secara dini masalah kesehatan warganya, kata Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari. "Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan mampu mencegah dan mengatasi masalah atau bencana kesehatan yang dihadapi," katanya menjawab pers di Jakarta, kemarin. Di sela-sela acara buka puasa bersama jajaran Direksi BUMN Kesehatan, Anggota Komisi IX DPR dan pers itu, Menkes mengatakan, penetapan 12.000 desa siaga itu akan dilakukan pada peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN), 12 November 2006. Menurut dia, desa siaga juga adalah sebuah desa yang minimal memiliki satu pos kesehatan desa (poskedes), dan kegiatannya sendiri meliputi penanggulangan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menjadi kejadian luar biasa (KLB), seperi malaria, demam berdarah dan flu burung. Kegiatan lainnya dari sebuah desa siaga, kata dia, yakni, 'safe community', sistem informasi kesehatan dan surveilan epidemiologi, serta pelayanan kesehatan dasar sesuai dengan kompetensinya. "Kehadiran desa siaga itu diperlukan mengingat dari pemetaan bencana alam di Indonesia, tidak ada satupun provinsi yang terbebas dari kemungkinan mengalami bencana", katanya. Desa siaga miliki empat tenaga yang bertugas memberikan penerangan masyarakat tentang pencegahan berbagai penyakit, melakukan pemantauan perkembangan pembawa penyakit, seperti jentik nyamuk, menerima laporan unggas mati mendadak dan memberikan pelayanan kesehatan dasar. Pemerintah, pada tahun 2007 akan menetapkan sebanyak 30.000 desa di Indonesia menjadi desa Siaga dan selanjutnya pada tahun 2009 sebanyak 70.000 desa di seluruh Indonesia telah menjadi desa siaga, sehingga seluruh rakyat Indonesia mampu mengantisipasi adanya bencana termasuk penyakit menular. Menkes berharap, masyarakat berada di Desa Siaga, sudah dapat memahami cara pencegahan kemungkinan penularan virus flu burung antara lain dengan mengkonsumsi daging dan telur unggas setelah direbus mendidik, dan jika mengetahui unggas mati segera melaporkan ke aparat terdekat. Sejak Juli 2005 hingga saat ini kasus flu burung di Indonesia telah berjangkit pada unggas di 30 dari 33 provinsi dan telah menginfeksi warga di sembilan provinsi di Indonesia yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, dan Sulawesi Selatan. Jumlah kasus konfirmasi AI pada manusia di Indonesia saat ini tergolong tinggi di dunia yakni 69 kasus dan 52 diantaranya menyebabkan kematian. (*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006