Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus memperkuat akselerasi implementasi Gerakan Sekolah Sehat (GSS) di satuan pendidikan guna mendukung peserta didik dalam mengenal dan mengantisipasi perubahan iklim.

Dalam rilis yang disiarkan oleh pihaknya di Jakarta pada Jumat, penguatan tersebut dilakukan dengan menyelenggarakan gelar wicara Gerakan Sekolah Sehat (GSS) dengan tema “Sinergi Hadapi Perubahan Iklim untuk Generasi Sehat, Cerdas dan Berkarakter”.

“Apa yang bisa kita lakukan saat ini adalah menyiapkan para peserta didik menjadi SDM unggul dengan menjadi jembatan bagi mereka menuju Indonesia Emas 2045. SDM yang unggul adalah mereka yang cerdas dalam kompetensi, memiliki karakter dan akhlak mulia, dan sehat jasmani maupun rohani,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Iwan Syahril.

Iwan pun menyoroti tentang pentingnya kesehatan dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Menurutnya, Kemendikbudristek terus berupaya mewujudkan generasi sehat, cerdas, dan berkarakter melalui GSS untuk Indonesia Emas 2025.

Ia menambahkan fokus pembangunan SDM merupakan salah satu dari tiga filosofi transformasi pendidikan. Selain itu, dua di antaranya adalah terus membangun nilai gotong royong yang menjadi modal sosial dalam membangun gerakan pemulihan pembelajaran dan terus berupaya memaksimalkan tumbuh kembang anak Indonesia dengan menjaga kesehatan lingkungan.

“Semoga gelar wicara ini dapat berdampak pada perubahan perilaku, sehingga nantinya status kesehatan peserta didik menjadi semakin baik dan memahami pentingnya dampak perubahan iklim,” imbuhnya.

Dalam pelaksanaannya, gelar wicara menghadirkan empat narasumber yang memaparkan tentang praktik baik implementasi sehat lingkungan, mereka adalah Latipah Hendarti (Detara Foundation), Dwi Widya Mutiara (World Wide Fund for Nature), Sulastri (Dinas Pendidikan Kota Tangerang), dan Suryono (Kepala SMA Negeri 110 Jakarta).

Bicara tentang perubahan iklim, Latipah Hendarti memaparkan tentang bahaya perubahan iklim yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak-anak. Menurutnya, salah satu bahaya yang paling ditakutkan adalah perubahan iklim mampu merusak kandungan gizi bahan makanan yang akan dikonsumsi oleh anak-anak.

“Cuaca ekstrem dapat merusak kandungan bahan dari makanan yang dikonsumsi. Untuk itu penting bagi kita semua untuk menyadari betapa pentingnya perilaku keseharian kita dapat berdampak pada perubahan iklim dan terus melakukan budaya hidup yang sehat,” ujarnya.

Latifah menambahkan Kemendikbudristek telah merilis panduan pendidikan Perubahan Iklim. Modul tersebut berisikan langkah-langkah strategis dan panduan dalam menghadapi bahaya perubahan iklim.

Baca juga: Program GSS bisa dilakukan di satuan pendidikan meski minim fasilitas
Baca juga: Kemendikbudristek: Peserta didik sehat kunci pendidikan berkualitas
Baca juga: Kemendikbudristek paparkan rekomendasi implementasi lima sehat GSS

Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024