Jakarta (ANTARA News) - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) menyatakan kedelai hitam varietas unggul Mutiara 2 dan 3 yang dalam waktu dekat akan dilepas ke masyarakat, cocok untuk dibudidayakan petani Indonesia.

"Kedelai Mutiara 2 dan 3 memiliki banyak kelebihan, karena itu layak dikembangkan sebagai bahan baku untuk membuat kecap. Kedua varietas baru itu dikembangkan dari kedelai Cikuray," kata peneliti kedelai, Tarmizi, di Jakarta, Kamis

Dia menjelaskan keunggulan yang dimiliki Mutiara 2 adalah biji lebih besar, kandungan protein 38,36 persen, potensi panen tiga ton per hektare, dan tahan terhadap hama pengisap polong.

Kelebihan Mutiara 3 adalah biji lebih besar, kandungan protein 38,53 persen, potensi panen 3,17 ton per hektare, dan tahan terhadap hama pengisap polong.

Kedelai cikuray, induknya, katanya, memiliki kandungan protein 37,91 persen dan potensi panen 1,87 ton per hektare, namun masa panen ketiga jenis kedelai itu hampir sama.

Selain itu, kata dia, rasa kecap dengan bahan baku kedelai Mutiara 2 dan 3 lebih lezat, karena mengandung protein yang tinggi.

"Kami yakin kecap yang menggunakan bahan baku kedelai Mutiara 2 dan Mutiara 3 laku di pasaran," katanya.

Mutiara 2 dan 3 yang diteliti sejak enam tahun lalu itu, telah melewati uji pendahuluan, uji lanjutan, dan uji adaptasi di delapan lokasi yang berbeda, sebelum diteliti oleh tim pelepas dari Kementerian Pertanian.

Setelah dilakukan pengujian pada musim hujan dan kemarau, katanya, diperoleh kesimpulan bahwa Mutiara 2 dan 3 cocok ditanam di dua musim, namun lahan pertanian harus cukup air.

"Jika lahan petani menyimpan cukup air, kedua jenis kedelai itu lebih baik ditanam pada musim kemarau dibanding pada musim hujan. Selain itu, kedelai ini dapat terhindar dari hama saat musim kemarau," katanya.

Hasil penelitian terhadap kedelai itu, sudah melewati sidang pelepasan yang melibatkan 20 orang sebagai tim yang ditunjuk Kementerian Pertanian pada 7 April 2014.

Tarmizi mengatakan Mutiara 2 dan 3 lahir dari radiasi sinar gama dengan dosis 200 gray.

"Sinar itu diarahkan sebentar pada kedelai Cikuray, kemudian terjadi perubahan genetik," ujarnya.

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014