Jakarta (ANTARA News) - Kota Pontianak masyhur dengan perempuan-perempuan cantik dan berkulit bersih. Namun, pada saat kemarau dan kabut asap seperti ini, jangan harap dapat dengan mudah menjumpai perempuan cantik di kota itu. Kemarau telah membuat keayuan kulit mereka layu, bahkan pecah-pecah dan bersisik. Sementara kabut asap telah membuat wajah mereka menjadi "abu-abu" karena jelaga "kelalatu". Tak sekedar itu, kemarau panjang tahun ini juga menyebabkan Pontianak kekurangan air bersih. Persediaan air bersih, yang mereka tampung kala musim penghujan, semakin menipis, sementara air dari PDAM tak lagi menetes lantaran sumber air baku tak ada. Air sungai pun ikut menjadi asin, akibat terinterusi air laut. Jika ada perempuan Pontianak masih dapat tertawa pada musim kemarau seperti ini, dipastikan ia memiliki persediaan air bersih yang cukup di rumahnya. Ia pasti juga orang berkecukupan, karena kolam penampung air bersihnya besar, hingga cukup untuk kemarau panjang. Dampak kabut asap, lebih merepotkan lagi. Selain membuat jarak pandang makin dekat, hanya 100 meter saja, asap juga telah membuat warga Pontianak, dan daerah-daerah lain di Kalimantan, sulit bernafas. Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di wilayah itu telah melebihi dari 300 ppm, ini artinya masyarakat menghirup udara dengan kualitas "berbahaya" atau bahkan "sangat berbahaya". Tak heran jika dilaporkan sejumlah warga telah menderita infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) atau berbagai penyakit lain. Petugas kesehatan pun mulai membagikan masker, untuk mencegah meluasnya ISPA. Kabut yang begitu pekat, juga membuat beberapa maskapai penerbangan menunda bahkan membatalkan keberangkatan ke berbagai daerah Kalimantan. Lalu lintas udara di atas pulau Borneo dianggap berbahaya untuk dilalui pesawat, karena asap dari kebakaran hutan telah menyebabkan jarak pandang sangat terbatas dan tidak layak untuk diterbangi. Tak hanya di udara, kabut asap juga sangat mengganggu bagi lalu lintas darat dan sungai. Berbagai kajian dari pakar lingkungan bermunculan menghiasi surat kabar. Tetapi jangan tanya hasilnya. Semua bagai menggantang asap; isapan jempol belaka. Dari tahun ke tahun, dampak asap dan kemarau di Sumatera dan Kalimantan tak pernah tertangani dengan baik. Anjuran Presiden SBY agar dua kawasan tersebut tak lagi mengimpor asap ke negeri jiran, bagai angin lalu. Terlantar Mulai Senin hingga Sabtu (9/10), seluruh sekolah di Pontianak diliburkan. Jika kabut tak kunjung mereda, kemungkinan libur akan diperpanjang. "Kadar ISPU sudah di atas normal, makanya kita mengambil kebijakan meliburkan seluruh sekolah TK sampai SMA/SMK. Senin (11/10) kita akan lihat apakah kondisi semakin membaik atau justru sebaliknya," ujar Kabid Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kota Pontianak, Drs Musa. Sekretaris PGRI Kota Pontianak, Hatta Abdul Haji mengkhawatirkan pemberlakuan libur ini akan berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Sebab jika dihitung-hitung, praktis siswa hanya akan menjalani proses belajar aktif selama 3 bulan dalam satu semester. "Guru pasti bakal kewalahan dengan sempitnya waktu belajar, apalagi sudah dua kali siswa diliburkan karena asap. Untuk menyiasati biasanya siswa diberikan tugas di rumah, tapi tak akan terlalu efektif," papar Hatta yang juga Kepala SD Muhammadiyah 2 Pontianak. Hatta menyesalkan lambannya antisipasi pemerintah menindak pelaku pembakaran lahan. Padahal peristiwa ini selalu terjadi tiap tahunnya, sementara berbagai upaya penegakan hukum belum memberikan efek jera. Hingga kini tak ada pelaku yang diberikan hukuman setimpal atas ulahnya. Sementara masyarakat merasakan kerugian besar, seperti gangguan kesehatan dan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara normal. Dia meminta agar pemerintah dan aparat penegak hukum bekerja serius. "Segera tangkap dan hukum para pembakar lahan, jerat dengan hukum seadil-adilnya. Jika tak ada tindak nyata, kejadian ini akan selalu terulang. Dan dunia pendidikan Kalbar akan dirugikan," ujarnya. Dampak Lain Gangguan kabut asap telah memaksa Menteri Perhubungan Hatta Radjasa memerintahkan pengelola bandara di Kalimantan dan Sumatera menutup sementara operasinya, terutama jika kepekatan kabut tidak bisa ditolerir. Akibatnya banyak calon penumpang terlantar karena maskapai menunda penerbangannya. Beberapa bandara udara yang rawan antara lain, di Palembang, Jambi, Riau, Batam, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Tarakan. "Jika memang kabut asapnya diperkirakan menganggu penerbangan, bisa langsung ditutup sementara," kata Hatta. Asap bukan hanya menyelimuti kota di Sumatera dan Kalimantan, tapi juga telah merambah ke Serawak Malaysia dan Singapura. Bahkan, kota Banjarmasin sempat diguyur hujan "kelalatu" . Kelalatu yang beterbangan di udara tak bisa dibendung dan memasuki rumah penduduk. Di Sumatera, Pemerintah Provinsi Sumsel kembali meminta bantuan pemerintah pusat untuk membuat hujan buatan. Sebab, hanya dengan hujan kebakaran lahan bisa dikurangi atau dipadamkan. Gubernur Sumsel Syahrial Oesman Minggu malam menyatakan, akan berkonsentrasi memadamkan kebakaran di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Sudah lima hari ini Palembang dan wilayah Sumsel lainnya diselimuti kabut asap pekat pada sore, malam, dan pagi hari. Minggu kemarin, kabut asap pekat masih menyelimuti Palembang, sejak pukul 00.00 hingga sekitar pukul 09.00. Asap sedikit berkurang antara pukul 11.00-15.00, tetapi mulai pekat lagi sekitar pukul 16.00, dan semakin pekat menjelang magrib hingga malam hari. Satelit Terra Modis melaporkan, jumlah titik api di Sumsel, Minggu pukul 16.00, mencapai 288 titik. Sebanyak 230 titik api terdapat di Ogan Komering Ilir, 18 titik di Banyuasin, dan 10 titik di Kabupaten Musi Banyuasin. Udara di Kota Palembang pada malam dan pagi hari sudah membahayakan kesehatan karena ISPU mencapai 350-400, atau diatas ISPU ambang bahaya 300. Partikel-partikel debu di udara bisa menimbulkan iritasi mata, tenggorokan perih dan batuk, serta kulit kering dan gatal. Peran Dephut Organisasi kampanye lingkungan hidup, Greenpeace, menuntut agar Departemen Kehutanan menghentikan pemberian segala bentuk izin konversi lahan di ekosistem rawa gambut yang rentan kebakaran. Aksi yang digelar di depan pintu masuk gedung Departemen Kehutanan di Jakarta, diisi dengan atraksi membuat asap buatan serta membentangkan spanduk bertuliskan "Stop Forrest Convertion". Greenpeace menuntut agar Menteri Kehutanan MS Kaban secepatnya menghentikan seluruh operasi pembersihan lahan di hutan-hutan Sumatera dan Kalimantan, sekaligus memutus rantai kebakaran dan asap yang mengancam kesehatan jutaan orang. Jika Departemen Kehutanan tetap terus memberikan izin konversi lahan gambut bagi perkebunan kelapa sawit dan kayu, tahun depan pasti akan ada kebakaran hutan lagi. "Kami juga meminta agar perusahaan-perusahaan besar yang bertanggung jawab atas kebakaran hutan juga harus diperiksa, jangan hanya rakyat kecil saja," katanya. Selama ini Dephut dinilai tidak melakukan fungsi kontrolnya dengan jelas sehingga tidak semua pemilik lahan dikenai sanksi atas tindakannya melakukan pembakaran hutan. Hutan Indonesia merupakan hutan terakhir yang berada di kawasan Asia Pasifik. Setidaknya 11 persen dari hutan alami dunia yang tersisa saat ini berada di wilayah tersebut. Berdasarkan angka resmi dari Dephut, laju kerusakan hutan di Indonesia telah mencapai angka 2,8 juta hektare per tahun. Hasil kajian Bank Dunia tahun 1999 menunjukkan bahwa sebagian besar hutan dataran rendah Sumatera akan hilang pada tahun 2005 dan selanjutnya kawasan hutan lahan basah pada tahun 2010. Selain akibat penebangan berskala besar, ancaman perusakan hutan di Indonesia secara nyata ditimbulkan juga oleh kebakaran hutan dan lahan.(*)

Oleh Oleh Edy Supriatna Sjafe`i<
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006