Saya sempat melihat `running text` salah satu televisi nasional. Rasanya tidak mungkin juga Gallup ikut melakukan survey Pilpres Indonesia."
Jakarta (ANTARA News) - Dahlan Iskan, anggota Tim Pemenangan Capres Joko Widodo-Jusuf Kalla mengaku prihatin terhadap media yang semakin terbawa arus politik yang bahkan berani memalsukan dan menyiarkan berita bohong.

"Saya anggap tindakan memalsukan berita itu sangat memalukan. Luar biasa, jurnalistik sudah diperkosa," kata Dahlan, saat berbicara pada diskusi "Merebaknya Kampanye Hitam dan Berita Palsu," di Jakarta, Jumat.

Dahlan menanggapi pemberitaan salah satu stasiun televisi yang menyiarkan survei Survey Gallup, dengan menyebutkan elektabilitas Capres Prabowo berkisar 52 persen, unggul atas Jokowi yang hanya memperoleh 41 persen.

Pemberitaan tersebut menuai kritikan di dunia media sosial, karena survei Gallup tersebut telah dipalsukan dengan mengedit jajak pendapat yang dilakukan Gallup saat Barack Obama bersaing melawan John McCain pada 2008.

Nama Obama digantikan dengan Prabowo, sedangkan McCain diganti dengan nama Jokowi. Namun, pada teks atau lembar hasil survey tersebut, ada kalimat yang lupa menghapus nama Obama.

"Saya sempat melihat running text salah satu televisi nasional. Rasanya tidak mungkin juga Gallup ikut melakukan survey Pilpres Indonesia," ujar Dahlan.

Dahlan yang juga Menteri BUMN ini menuturkan, bahwa dirinya tidak mengetahui apakah televisi nasional itu sudah menarik atau meralat berita yang dipalsukan itu atau tidak.

Sebagai orang yang sudah lama berkecimpung dalam dunia media, Dahlan menuturkan bahwa para redaktur di media televisi tersebut sudah seharusnya paham soal jurnalistik.

"Mana informasi yang layak disiarkan mana yang tidak. Tapi, yang pasti pemberitaan itu sangat memalukan dunia jurnalis, karena menyebarkan berita bohong hanya untuk mempengaruhi publik," tegasnya.

Pemilik jaringan media ini menuturkan, para tokoh jurnalistik yang terdahlu sesungguhnya sudah bekerja keras dan susah payah memperjuangkan agar jurnalis lebih profesional.

"Tapi, lagi-lagi jurnalistik sudah begitu diperkosa sedemikian rupa, sehingga dapat menimbulkan anggapan di masyarakat bahwa media itu dapat dikerjain," tegas Dahlan.

Ia pun mengutip ucapan mantan Kabareskrim Koesparmono Irsan, bahwa "kejahatan itu tidak ada yang sempurna".

"Kejahatan dengan memberitakan kebohongan pasti jejaknya ketahuan," ujarnya.  (R017/B012)

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014