Jakarta (ANTARA News) - Calon presiden nomor urut dua Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa pembukaan lahan persawahan harus menggunakan perhitungan agar tidak terjadi kegagalan pengelolaan lahan.

"Tambahan sawah sangat diperlukan tapi harus dilihat dulu airnya dari mana," kata Jokowi di Jakarta, Sabtu malam, dalam acara Debat Capres Bertema Pangan, Energi, dan Lingkungan.

Ia menyesalkan banyak terjadi kegagalan pembukaan lahan di antaranya di Papua yang sudah terlanjur dibuka kawasan hutannya dalam luasan tertentu tapi akhirnya terbengkelai karena kurang ada perhitungan matang dari sisi ketersediaan air irigasi.

Oleh karena itu, Jokowi menekankan pentingnya riset dan studi yang penuh perhitungan sebelum membuka lahan baru untuk areal persawahan.

"Sebelum ditentukan lokasi, pastikan ada air ada sungai yang bisa dibendung, bisa tidak dibuat bendungannya dulu, buat irigasi tersier masuk ke sawah. Jangan buat sawah dulu baru air, ini kebalik-balik," katanya.

Ia mengatakan semua pihak tidak ingin menerima kegagalan dimana sudah terlanjur membuka hutan tapi sawah tidak bisa dikelola.

"Ke depan harus diteliti, dihitung, dan dikerjakan bukan untuk sebuah proyek tapi untuk kesejahteraan petani yang meningkat," katanya.

Dalam visi misi Jokowi jelas disebutkan ada target penambahan areal sawah 1 juta ha pertahun.

Meski begitu Jokowi tetap menekankan pada pentingnya kemauan dan niat untuk mengimplementasikan program atau visi misi tersebut.

"Bagus membuat rencana tapi tidak dilaksanakan tidak segera diputuskan bagaimana mengimplementasikan ini," katanya.

Menurut dia hal terpenting menerapkan visi misi itu, membuat manajemen perencanaan, manajemen organisasi, dan perencanaan riil yang konkret yang bisa dilaksanakan masyarakat.

"Kita tidak ingin ada yang gagal. Di Papua ada kegagalan food rice, 1 juta ha lahan gambut di Kalimantan, ini catatan penting. Jangan mengulangi kesalahan-kesalahan," katanya.

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014