Laporan tersebut menguraikan bahwa perlambatan pertumbuhan PDB riil pada Q3, dibandingkan dengan Q2, terutama mencerminkan penurunan investasi inventaris swasta dan penurunan yang lebih besar pada investasi tetap di sektor perumahan.
Pada Q2, PDB riil negara itu naik 3,0 persen, sebut Biro Analisis Ekonomi (Bureau of Economic Analysis/BEA) Departemen Perdagangan AS.
Peningkatan PDB riil pada Q3 ini terutama mencerminkan peningkatan belanja konsumen, ekspor, dan belanja pemerintah federal. Impor, yang merupakan pengurangan dalam perhitungan PDB, juga tercatat meningkat.
Perlambatan pertumbuhan PDB riil pada Q3, dibandingkan dengan Q2, terutama mencerminkan penurunan investasi inventaris swasta dan penurunan yang lebih besar pada investasi tetap di sektor perumahan, menurut laporan itu.
Penurunan ini sebagian diimbangi oleh akselerasi di sektor ekspor, belanja konsumen, dan belanja pemerintah federal, sementara impor juga meningkat.
Pendapatan pribadi siap dibelanjakan (disposable personal income) naik 3,1 persen pada Q3. Angka tersebut turun dari pertumbuhan 5,0 persen yang tercatat pada Q2, mengindikasikan potensi melemahnya konsumsi di masa mendatang.
Pendapatan pribadi riil siap dibelanjakan (real disposable personal income), setelah disesuaikan dengan pajak dan inflasi, tumbuh 1,6 persen, turun dari 2,4 persen yang tercatat pada periode sebelumnya.
Proyeksi awal PDB AS untuk Q3 yang baru dirilis ini didasarkan pada sumber data yang tidak lengkap atau dapat direvisi lebih lanjut oleh BEA, menurut laporan tersebut. Proyeksi kedua untuk Q3, yang didasarkan pada data sumber yang lebih lengkap, akan dirilis pada 27 November mendatang.
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024