"Fenomena ini muncul akibat pembiasan dan refleksi sinar Matahari oleh kristal-kristal es yang terdapat di awan Cirrus pada ketinggian 5-10 km di atmosfer," ujar Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Maria Seran yang dihubungi di Labuan Bajo, Jumat.
Fenomena alam itu muncul tepat di atas gedung Gereja St Petrus Sernaru, tempat pentahbisan uskup pertama Labuan Bajo Monsinyur (Mgr) Maksimus Regus. Kejadian tersebut menarik perhatian banyak umat serta menjadi pembicaraan hingga viral di media sosial.
Pada saat tertentu, jelas Maria Seran, posisi matahari dan kristal-kristal es dalam awan tersebut berada dalam sudut yang ideal, sehingga terbentuk lingkaran cahaya yang menyerupai cincin di sekitar Matahari.
"Meskipun Halo lebih sering terlihat pada siang hari, ada kalanya fenomena ini juga muncul pada malam hari, terutama jika ada bulan yang cukup terang dan awan Cirrus yang cukup tipis di langit," katanya.
Ia menegaskan bahwa fenomena Halo bukanlah tanda dari suatu peristiwa luar biasa atau fenomena yang membawa dampak langsung terhadap kondisi cuaca di sekitar.
Fenomena itu bersifat optis, mirip dengan pelangi, dan terjadi murni karena interaksi sinar Matahari atau sinar Bulan dengan butiran es di atmosfer.
Baca juga: Polres Mabar siagakan personel gabungan amankan penahbisan uskup
Baca juga: Bazar UMKM BUMN kembali akan digelar di Labuan Bajo
Pewarta: Gecio Viana
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024