Jakarta (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq menyebut penghentian impor sampah plastik dan pengetatan untuk sampah kertas akan memastikan negara lain tidak menimbun sampahnya di Indonesia.
Menteri LH Hanif usai melakukan inspeksi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tidak berizin di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin, menyebut Indonesia tidak akan lagi menjadi tempat sampah untuk negara-negara lain dengan praktik impor sampah, yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan industri.
"Mereka membakar kan mahal. Lebih baik dibuang ke Indonesia, lebih murah bayar orang Indonesia yang mau impor, ditimbun di negara kita. Kita akhiri lah," tutur Menteri Hanif.
Baca juga: KLH akan lakukan penertiban TPA sampah tidak berizin secara bertahap
Dia menyebut Indonesia memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku sampah plastik, yang direncanakan akan dihentikan pada 2025. Sementara untuk sampah kertas, pihaknya akan melakukan pengetatan persyaratan untuk melakukan impor.
Khusus untuk sampah kertas dia memaparkan bahwa dari kebutuhan 14 juta ton per tahun, sekitar 7 juta ton sudah dipenuhi dari produksi pulp di hutan tanaman industri. Sisa 7 juta ton berasal dari sampah plastik yang berasal dari domestik 3,5 juta ton dan sisanya dari impor.
Dalam kesempatan itu Hanif juga menyoroti penetapan toleran pengotor pada limbah non-B3, yang berlaku saat ini sebesar dua persen, termasuk untuk sampah kertas. Diharapkan salah satu pengetatan syarat impor termasuk dengan menekan impuritas sampah serendah mungkin.
Baca juga: Pemerintah segera perketat persyaratan untuk impor sampah kertas
"Saya sudah lapor ke Pak Presiden Prabowo kemarin. Beliau juga, pertama minta kita menghentikan impor sampah plastik. Kemudian mengatur kembali rekomendasi-rekomendasi impor kertas untuk didaur ulang," katanya.
Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) pada 2023 memperlihatkan terdapat 38,2 juta ton timbulan sampah secara nasional, dengan baru 61,75 persen di antaranya terkelola.
Dari jumlah itu, jenis sampah plastik mengisi komposisi terbesar kedua dengan 19,21 persen dari total timbulan, di bawah sampah sisa makanan dengan yang menyumbang 39,65 persen.
Baca juga: Menteri LH: Tidak ada lagi impor sampah plastik pada 2025
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024