Bandung (ANTARA) -
"Saya dengar dengar dari Pak Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin, ini sudah melebihi kapasitas. Sekarang bagaimana caranya yang penting sampah masuk ke Sarimukti dikurangi," kata Diaz di Gedung Sate Bandung, Selasa.
Setelah itu, Diaz mengatakan harus ada berbagai solusi penyelesaian dengan teknologi, seperti methane capture, yakni teknologi yang digunakan untuk menangkap gas metana hasil pembakaran limbah yang biasanya sawit.
"Atau dengan inovasi-inovasi yang lain. Kita juga akan lihat apakah yang kita lakukan di Bantar Gebang bisa dilakukan di Sarimukti," ucapnya.
Baca juga: Pj Gubernur Jabar: Kondisi TPA Sarimukti hanya aktif satu zona
Baca juga: Pemkot Bandung: TPST Tegallega mampu kurangi sampah 25 ton per hari
Saat ini di Bantar Gebang telah ada Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang menjadi proyek percontohan pengolahan sampah menjadi sumber energi terbarukan.
Fasilitas tersebut dapat memproduksi listrik sebesar 750 kWh dengan menyerap 100 ton sampah yang bersifat dapat terbakar seperti plastik, styrofoam, dan sampah kayu dalam sehari.
Sementara itu, kondisi tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti, Bandung Barat, saat ini hanya satu zona saja yang efektif dari lima zona yang ada, di mana untuk zona lainnya, dua zona sedang ditata ulang, dan satu zona sudah tidak bisa digunakan.
Atas kondisi yang ada, Pemprov Jabar bersama empat daerah di kawasan Bandung Raya, kembali menguatkan komitmen untuk pengurangan ritase truk sampah ke TPA Sarimukti.
Ritase masing-masing daerah yang disepakati, yaitu Kota Bandung sebanyak 140 rit per hari, Kota Cimahi 17 rit per hari, Kabupaten Bandung 40 rit per hari, dan Kabupaten Bandung Barat 17 rit per hari.*
Baca juga: Pemkot Bandung minta pasar tradisional kelola sampah secara mandiri
Baca juga: Pemkot Bandung perkuat pendekatan kewilayahan tekan sampah dari sumber
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024