Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkenalkan metode heat-moisture treatment (HMT) atau perlakuan panas dan kelembapan untuk memodifikasi struktur pati pada singkong guna mengoptimalkan bahan pakan sapi potong tersebut.

Peneliti Pusat Riset Zoologi Terapan (PRZT) BRIN Ki Ageng Sarwono dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, menjelaskan metode itu untuk menghasilkan pati resisten yang lebih lambat terurai sehingga dapat meningkatkan efisiensi pakan, menjaga kesehatan pencernaan sapi, serta mendukung produktivitas peternakan secara berkelanjutan

Singkong dikenal sebagai bahan pakan yang kaya akan pati dan potensial sebagai sumber energi. Namun, proses fermentasi singkong yang terlalu cepat dalam rumen kerap menimbulkan masalah pencernaan dan risiko metabolik seperti asidosis yang dapat menurunkan produktivitas sapi.

Baca juga: BRIN ungkap bakteri asam laktat berperan meningkatkan kesehatan hewan

“Modifikasi singkong dengan HMT dapat memperlambat laju fermentasi dalam rumen,” kata Sarwono.

Menurut dia, metode HMT telah dikenal sebagai cara sederhana dan murah untuk meningkatkan kandungan pati resisten dalam singkong. Pati resisten ini membuat pakan lebih lambat dicerna, yang bermanfaat untuk kesehatan sapi.

Proses HMT melibatkan pemanasan bertekanan tinggi dan pendinginan secara berulang yang dimulai dengan memanaskan singkong menggunakan alat seperti panci presto. Singkong yang telah dipanaskan kemudian didinginkan di dalam lemari pendingin.

"Proses ini dilakukan secara berulang untuk mencapai hasil optimal. Metode ini tidak hanya mudah dilakukan tetapi juga efisien dalam meningkatkan kualitas nutrisi pakan ternak," ujarnya.

Baca juga: BRIN paparkan optimisme pakan lokal untuk ternak bisa mengglobal

Selanjutnya, Sarwono menyampaikan bahwa hasil penelitian menunjukkan metode HMT berhasil meningkatkan kandungan pati resisten dalam singkong sehingga mengurangi laju fermentasi dan menurunkan risiko asidosis.

Selain itu, perlakuan HMT pada singkong juga memberikan dampak positif lainnya, yaitu mengurangi produksi gas metana dalam rumen yang akan membuat praktik peternakan lebih ramah lingkungan.

Sarwono menuturkan, modifikasi ini memungkinkan singkong menjadi sumber energi yang lebih stabil, memperpanjang waktu pencernaan di rumen, dan pada akhirnya meningkatkan efisiensi energi dalam tubuh sapi.

Baca juga: Limbah agroindustri dinilai potensial gantikan impor pakan ternak

"Dengan demikian, produktivitas dan kesehatan sapi potong dapat ditingkatkan tanpa risiko asidosis yang disebabkan oleh fermentasi cepat pakan berbasis biji-bijian,” ucapnya.

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024