Sekretaris KPA Kota Sorong, Jenny Isir, di Sorong, Rabu, menjelaskan KPA merasa perlu menggandeng kepala distrik dan lurah sebagai stakeholder strategis guna mendukung upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS di daerah itu.
"Kita kumpulkan seluruh kepala distrik dan lurah untuk memberikan informasi dan gambaran tentang situasi dan perkembangan HIV/AID di Kota Sorong," jelas Jenny Isir.
Dia berharap kepala distrik dan lurah bisa berperan aktif melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di masing-masing wilayah.
Program pencegahan dan penanggulangan HIV di Kota Sorong dilaksanakan melalui strategi jalur cepat yakni suluh, temukan, obati, dan pertahankan (STOP).
"Pencegahan melalui suluh atau edukasi, sosialisasi dan pemberdayaan sangat penting untuk mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV. Kemudian temukan melalui tes HIV, obati orang yang ditemukan positif HIV dengan obat ARV, dan pertahankan pengobatan ARV," beber dia.
Dia mengakui bahwa kasus HIV di Kota Sorong terus meningkat dari tahun ke tahun, disebabkan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam penggunaan kondom yang konsisten.
Selain itu, peningkatan kasus HIV/AIDS di Kota Sorong pun ikut disebabkan oleh peningkatan populasi kunci, yakni wanita pekerja seks jalanan yang sulit dijangkau serta lelaki seks dengan lelaki. Kemudian terjadi peningkatan hotspot seperti tempat-tempat hiburan dan tempat umum lainnya seperti hotel, penginapan, rumah kos, dan barak.
"Yang paling banyak kasusnya menimpa anak muda usia sekolah di tingkat SMP, SMA dan perguruan tinggi, serta waria," beber dia.
KPA Kota Sorong, sebut dia, mempunyai tugas untuk mengoordinasikan setiap kegiatan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS melalui promosi, pencegahan, konseling, tes suka rela, pengobatan, perawatan, membina, mengarahkan, memonitoring, dan mengevaluasi.
"Peran serta seluruh stakeholder dari tingkat RT/RW, lurah hingga distrik sangat dibutuhkan untuk keberhasilan program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS di Kota Sorong," harap dia.
Berdasarkan data komulatif, HIV/AIDS hingga September 2024 tercatat sebanyak 3.920 kasus positif dengan rincian stadium HIV laki-laki 1.159 orang dan perempuan 1.670 orang. Kemudian stadium AIDS terdiri atas laki-laki sebanyak 617 orang dan perempuan 467 orang.
"Total meninggal akibat kasus positif sebanyak 482 orang sepanjang September 2024," beber Jenny.
Dia mengatakan, jika mengikuti data tren lima tahun terakhir, terjadi peningkatan pada 2023 sebanyak 253 kasus, sementara pada 2001-2022 mengalami penurunan dikarenakan situasi pandemi COVID-19.
"Di 2024 mulai Januari-September ada kasus baru sebanyak 129 kasus positif," kata Jenny.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Sorong, Hermanus Kalasuat, menjelaskan upaya pencegahan ini untuk mencapai akhir AIDS pada 2030 berdasarkan Permenkes Nomor 23 Tahun 2022 tentang Pencegahan dan Pengendalian HIV/AIDS yakni tiga zero, yaitu tidak ada infeksi HIV baru, tidak ada kematian akibat AIDS, tidak ada diskriminasi terhadap ODHA.
"Tugas pengendalian kasus ini bukan hanya satu elemen tetapi melibatkan seluruh stakeholder, makanya kita lurah, distrik dan dinas terkait," ujarnya.
Dia berharap dengan adanya kolaborasi ini nantinya bisa menekan angka kasus HIV di Kota Sorong, sebab dikhawatirkan jumlah kasus semakin meningkat.
Baca juga: Kota Yogyakarta berkomitmen wujudkan "zero" HIV/AIDS 2030
Baca juga: Pemkab Pati ajak semua pihak ikut mencegah penyebaran HIV/AIDS
Pewarta: Yuvensius Lasa Banafanu
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024