Para petani belum memanfaatkan limbah batang pisang cavendish untuk ternak ruminansia, padahal banyak tersedia di lokasi kegiatan

Jambi (ANTARA) - Dosen Universitas Jambi (Unja) dari tim pengabdian Fakultas Peternakan mengajarkan kepada peternak setempat untuk memanfaatkan limbah batang pisang cavendish menjadi pakan ternak.

Ketua tim pengabdian masyarakat Unja Prof Andriani di Jambi Kamis mengatakan, mereka mengimplementasikan teknologi pakan inovatif berupa fermentasi batang pisang sebagai alternatif hijauan untuk ternak sapi.

Dalam implementasinya, mereka melibatkan peternak di Desa Kota Baru Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Dia menjelaskan, implementasi inovasi secara langsung kepada peternak ini untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak dalam pengolahan pakan fermentasi dari batang pisang cavendish yang banyak tersedia di Desa Kota Baru sebagai pengganti hijauan pakan.

Dengan inovasi ini, katanya, peternak tidak lagi harus mencari rumput setiap hari.

Adapun mitra yang menjadi sasaran implementasi inovasi tersebut adalah anggota kelompok tani Suka Maju. Total jumlah ternak dari para mitra mencapai 82 ekor sapi dan 37 ekor kambing.

Guru besar Unja ini mengatakan, saat ini banyak tersedia limbah batang pisang cavendish yang belum dimanfaatkan, bahkan menjadi limbah yang mencemari lingkungan di sekitar perkebunan.

Dia menyebutkan, peternak ruminansia (sapi dan kambing) sering kesulitan mendapatkan hijauan pakan karena lahan yang ada sudah menjadi perkebunan kelapa sawit dan pertanian.

“Para petani belum memanfaatkan limbah batang pisang cavendish untuk ternak ruminansia, padahal banyak tersedia di lokasi kegiatan," katanya.

Dia menyebutkan, potensi batang pisang cavendish di Desa Kota Baru lebih dari 10 hektare, kondisi ini menghasilkan batang pisang 555 sampai dengan 666 ton per musim atau lebih kurang delapan bulan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dilakukan diskusi dan koordinasi dengan mitra dan disepakati pelatihan fermentasi batang pisang sebagai pakan ternak ruminansia untuk sapi dan kambing.

Prof Adriani menambahkan bahwa pendekatan yang digunakan pada pengabdian ini adalah partycipatory rural approach (PRA), yaitu proses pendidikan dan transfer ilmu pengetahuan melalui cara penyuluhan, pelatihan, praktik pembuatan batang pisang fermentasi dan pemberian batang fermentasi untuk ternak sapi.

"Penyuluhan dilakukan pada kelompok tani mengenai potensi limbah untuk pakan ternak, dan proses fermentasi batang pisang cavendish," katanya.

Para peternak juga langsung diajarkan praktik pembuatan batang pisang fermentasi. Komposisi pakan yang dibuat terdiri atas batang pisang cavendish yang sudah dicacah sebanyak 90 persen ditambah dengan dedak sebanyak 10 persen, sebagai aktivator untuk proses fermentasi digunakan EM4 1 persen.

Dalam perbuatannya, batang pisang tercacah dan dilakukan pengurangan kadar air dengan cara ditekan menggunakan mesin press sampai kadar air sekitar 60 persen.

Semua bahan dimasukkan ke dalam drum dengan cara dipadatkan. Setelah padat dilakukan penutupan dengan rapat untuk menjaga proses fermentasi secara anaerop.

Proses fermentasi selama 15-21 hari. Setelah itu pakan batang pisang fermentasi sudah siap diberikan kepada sapi atau kambing.

Adapun keuntungan dari pakan fermentasi adalah mengandung bakteri menguraikan dalam pakan, sehingga ternak dapat mencerna makanan dengan lebih mudah dan efektif..

Selain itu membantu meningkatkan nilai nutrisi dalam pakan, dan bisa disimpan dalam waktu lama yang bisa digunakan sebagai cadangan pengganti hijauan.

Pewarta: Tuyani
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024