Beirut/Yerusalem (ANTARA) - Pesawat tempur Israel pada Kamis (7/11) dini hari waktu setempat melanjutkan serangannya di pinggiran selatan Beirut, termasuk Ouzai, sebuah daerah padat penduduk di dekat bandar udara Beirut, menurut saluran televisi lokal al-Jadeed.
Menurut al-Jadeed, serangan tersebut merusak area di sekitar Landasan Pacu 17 dan beberapa departemen di luar pintu masuk utama bandar udara itu, sementara aula utamanya tidak terdampak.
Pada Kamis pagi waktu setempat, Menteri Pekerjaan Umum dan Transportasi Lebanon Ali Hamieh mengonfirmasi di platform media sosial X bahwa bandar udara tersebut beroperasi secara normal.
Sementara itu, Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA) melaporkan tiga serangan di Ouzai serta serangan udara intensif yang menyasar gedung Al-Manar TV yang terafiliasi dengan Hizbullah di Kota Haret Hreik, serta daerah Haret Baajour dan Tahwitat al-Ghadir.
Masih pada Kamis, militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya menyerang Beirut pada malam hari dengan menyasar pusat komando Hizbullah dan infrastruktur lainnya.
Pada hari yang sama, para anggota parlemen Lebanon mengirim surat kepada Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay untuk mendesak adanya upaya perlindungan terhadap warisan budaya dan sejarah Lebanon dari serangan Israel.
"Kami harus meminta perhatian Anda untuk kebutuhan yang mendesak, yaitu perlindungan terhadap situs bersejarah di Lebanon, terutama di Baalbek, Tyre, Sidon, dan monumen berharga lainnya yang menghadapi ancaman besar akibat eskalasi kekejaman pasukan Israel," kata para anggota parlemen itu.
Untuk menghindari dampak negatif dari serangan Israel terhadap warisan budaya dan sejarah Lebanon, seorang pejabat UNESCO mengatakan kepada Xinhua bahwa badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu telah menghubungi seluruh pihak negara yang bersangkutan, mengingatkan perihal komitmen mereka terhadap perjanjian untuk tidak merusak warisan budaya di tengah konflik bersenjata.
Perjanjian yang dimaksud adalah Konvensi Den Haag 1954 untuk Perlindungan Kekayaan Budaya dalam Konflik Bersenjata dan Konvensi 1972 mengenai Perlindungan Warisan Budaya dan Alam Dunia.
Pejabat itu juga mengatakan bahwa sesi luar biasa Komite Perlindungan Kekayaan Budaya dalam Konflik Bersenjata akan digelar pada 18 November, dengan tujuan meningkatkan perlindungan dan bantuan internasional untuk aset budaya Lebanon.
Sebelumnya pada Rabu (6/11), pasukan Israel menyasar area permukiman di Baalbek dan gedung bersejarah Al-Manshiya, yang sepenuhnya hancur, menurut Wali Kota Baalbek Mustafa al-Shal.
Serangan tersebut dilancarkan setelah peringatan evakuasi dikeluarkan oleh tentara Israel, yang mendesak warga di sejumlah area termasuk Ouzai, Haret Hreik, Hadath, dan Tahwitat al-Ghadir di pinggiran selatan Beirut untuk menyingkir.
Media lokal melaporkan serangan tersebut melibatkan rudal berat, dengan sejumlah ledakan yang terdengar di seluruh Beirut dan daerah Gunung Lebanon.
Tiga rudal dilaporkan jatuh di dekat Landasan Pacu 17 di Bandar Udara Rafic Hariri, sementara sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum di Tahwitat al-Ghadir dibom, memicu kebakaran besar.
Sejak 23 September, tentara Israel terus melancarkan serangan udara intensif terhadap Lebanon dalam eskalasi konflik yang berbahaya dengan Hizbullah.
Konflik yang tengah berlangsung antara Israel dan Hizbullah berawal pada 8 Oktober 2023 ketika Hizbullah menembakkan roket ke wilayah Israel sebagai bentuk dukungan terhadap Hamas di Jalur Gaza.
Serangan Hizbullah itu memicu penembakan dan serangan udara balasan oleh Israel di Lebanon tenggara.
Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, jumlah korban tewas akibat serangan udara Israel di Lebanon telah melampaui 3.000 orang, dengan korban cedera melampaui 13.600 orang.
Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2024