Jakarta (ANTARA) - Kepala divisi infeksi dan penyakit tropis SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Brawijaya Dr. dr. Irene Ratridewi Sp.A(K) M.Kes mengatakan risiko transmisi dari wabah penyakit karena droplet bisa dicegah dengan karantina atau physical distancing.

“Anak-anak yang menderita ketiga penyakit (mumps, HFMD dan varicella) harus tidak boleh masuk sekolah, harus diam di rumah karantina, isolasi, physical distancing,” kata Irene dalam diskusi daring mengenai penyakit infeksi yang sering menyebabkan wabah di sekolah, yang diikuti di Jakarta, Selasa.

Irene mengatakan memasuki musim pancaroba ada tiga penyakit yang mengintai anak usia sekolah yakni mumps atau gondongan, varicella atau cacar air, dan HFMD atau flu Singapura serta hepatitis A. Penyakit ini bisa menginfeksi dengan cepat ke anak-anak di sekolah dan lingkungan karena sifat penyebarannya melalui droplet airbone (percikan di udara).

Baca juga: Perlu pendekatan hulu dan hilir hadapi perubahan pola penyakit

Untuk mengurangi risiko transmisi, Irene mengatakan isolasi harus dijalankan dan jarak antar anak di sekolah dan lingkungan harus direnggangkan. Perilaku menjaga higienitas dengan mencuci tangan yang baik dan kembali menggunakan masker harus dilakukan mengingat penyebarannya juga mirip dengan pandemi COVID-19 yang lalu.

“Menutup mulut, hidung secara baik pada waktu batuk dan pada waktu bersin. Ingat pandemi COVID-19. Penyakit infeksi di mana yang transmisinya droplet dan kurang atau tidak dikerjakan keenam hal ini apalagi sudah ada vaksinnya, maka sangat berpotensi menjadi pandemi,” kata Irene.

Baca juga: Undana dan universitas luar negeri bahas penyakit infeksi hewan

Irene mengatakan perilaku mencegah transmisi ini perlu ditegaskan karena penyakit infeksi bisa menyebar karena adanya segitiga epidemiologi yaitu host (manusia sehat), agent atau patogen virus dan bakteri, serta lingkungan (environment).

Penularan dari host bisa diintervensi dengan isolasi diri, imunisasi dan memperbaiki nutrisi. Pada aspek patogen dengan sifat penularan ringan sampai ganas bisa dilakukan eradikasi, modifikasi genetik dengan membuat vaksin dari agen yang dilemahkan.

Sementara pada aspek lingkungan bisa memperbaiki kualitas tempat tinggal, sanitasi dan edukasi.

Baca juga: Kemenkes jelaskan langkah pencegahan dan pengobatan flu Singapura

Baca juga: IDAI bagi kiat rawat pasien Flu Singapura di rumah agar tidak menular

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024