Inovasi tersebut ke depannya akan diaplikasikan di Silvofishery Marana, Maros
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkenalkan inovasi teknologi pengeringan rumput laut sistem rumah kaca dan mesin rotary dryer di kawasan Silvofishery Marana di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, guna meningkatkan kualitas produksi.
Kepala Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPPSDM) Kelautan dan Perikanan KKP I Nyoman Radiarta mengatakan bahwa hasil inovasi Smart Fisheries Village (SFV) Mekanisasi Perikanan, Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) Bantul itu akan menjaga kualitas stabilitas produktivitas masyarakat pembudidaya, khususnya ketika musim hujan.
"Inovasi tersebut ke depannya akan diaplikasikan di Silvofishery Marana, Maros," kata Nyoman dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Dia menyampaikan kolaborasi antar Unit Pelaksana Teknis (UPT) merupakan langkah strategis dalam menghadirkan teknologi tepat guna yang mendukung peningkatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat pesisir.
"Dengan adanya sinergi antar Unit Pelaksana Teknis di bawah BPPSDM KP, kami dapat mengoptimalkan pengembangan alat dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal, seperti teknologi pengeringan rumput laut ini," ujarnya.
Ia menuturkan inovasi itu merupakan bentuk nyata bagaimana teknologi dapat menjadi solusi berdaya guna bagi masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup pada sektor perikanan.
Sejak tahun 2024, lanjut Nyoman, LRMPHP mengemban tugas melaksanakan SFV Mekanisasi Perikanan, yang bersifat dukungan atas pelaksanaan SFV UPT yang telah berjalan.
Fokus utama kegiatan SFV adalah optimalisasi aset LRMPHP untuk mendesain dan merancang bangun alat pengolahan hasil perikanan guna mendukung kegiatan SFV.
Baca juga: KKP tingkatkan kolaborasi dukung pelestarian kawasan konservasi laut
Baca juga: Pemerintah berdayakan kawasan konservasi perairan dukung ekonomi biru
Sementara itu, Kepala LRPMH Kartika Winta Aprilia menjelaskan bahwa alat pengering rumah kaca dipergunakan untuk meningkatkan efisiensi pengeringan rumput laut, sedangkan mesin rotary dryer dipergunakan untuk mempermudah proses pengeringan pelet ikan atau maggot.
Kedua alat tersebut secara khusus dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup pada sektor ini.
Alat tersebut pertama kali diperkenalkan di SFV Wanamina Marana, Maros, Sulawesi Selatan, Penetapan SFV Wanamina sebagai lokasi yang akan didukung didasarkan pada hasil identifikasi kebutuhan di lapangan, spesifikasi alat dan kesiapan teknologi yang dimiliki LRMPHP.
Kepala BRPBAP3 Maros Indra Jaya Asaad menuturkan, sektor rumput laut menjadi salah satu penopang ekonomi utama masyarakat dan merupakan produk utama SFV Wanamina.
Namun, dalam memproduksi rumput laut, metode penjemuran tradisional yang bergantung pada cuaca sering kali menimbulkan kendala kualitas dan kestabilan hasil produksi.
Indra berharap dengan adanya dukungan cross-cutting dari SFV LRMPHP Bantul berupa alat pengering sistem rumah kaca dan mesin rotary dryer, dapat membantu SFV Wanamina untuk meningkatkan kualitas produk rumput laut kering yang dihasilkan.
"Selain itu mesin rotary dryer juga dapat dipergunakan meningkatkan efisiensi pembuatan pakan mandiri,” kata Indra.
Pihaknya menilai inovasi ini dapat menghasilkan produk rumput laut kering yang bersih, dan proses pengeringan lebih efisien, sehingga memberikan solusi bagi masyarakat pesisir, khususnya bagi pembudidaya rumput laut di Silvofishery Marana yang mengalami kendala pengeringan rumput laut terutama pada musim hujan.
Ia juga berharap dukungan teknologi ini akan mendukung pengembangan SFV Wanamina dan mendorong kesejahteraan masyarakat pesisir melalui produk rumput laut yang berkualitas tinggi.
Sistem pengering rumah kaca ini dirancang untuk menurunkan kadar air rumput laut hingga mencapai tingkat aman yang mencegah perkembangan jamur, mikroorganisme, dan serangga, serta meningkatkan masa simpan produk.
Dengan ukuran 3x4x2,5 meter, bangunan pengering ini didesain dengan sistem efek rumah kaca dengan rangka besi hollow galvanis, penutup dinding dan atap menggunakan plastik mika, exhaust fan yang berfungsi untuk membantu menjaga kelembapan ruang dan mengeluarkan uap air.
Dinding dan atap mika berfungsi untuk menangkap dan menyimpan energi sinar matahari yang dipergunakan untuk mengurangi kandungan air produk. Alat ini juga ditambahkan absorben panas untuk mengoptimalkan penyimpanan panas.
Dengan suhu ruang yang mampu mencapai 56°C dan kelembaban udara ruang yang rendah, alat ini memungkinkan menghasilkan rumput laut kering yang berkualitas tinggi dan konsisten.
Sistem pengering berbasis rumah kaca ini dirancang tidak hanya untuk menurunkan kadar air rumput laut hingga ke titik aman, namun juga meminimalisir pertumbuhan jamur, mikroorganisme, dan serangga, agar tidak dapat berkembang, sehingga memperpanjang umur simpan rumput laut dan meningkatkan nilainya di pasar.
Alat pengering ini juga dapat menampung 400-500 kilogram rumput laut per siklus dengan biaya operasional yang efisien dan jauh lebih hemat dibandingkan metode tradisional.
Sedangkan mesin rotary dryer memadukan proses pengadukan dan pengeringan pelet ikan secara bersama sama dalam drum yg berputar, sehingga proses pengeringan pelet dapat berlangsung cepat dan biaya murah.
Dengan kapasitas produksi rumput laut kering yang meningkat secara signifikan dan kualitas produk yang terjamin, BPPSDM melalui LRMPHP dan BRPBAP3 Maros, menargetkan bahwa inovasi ini tidak hanya dapat meningkatkan pendapatan ekonomi lokal, tetapi juga mendukung Silvofishery Marana sebagai percontohan SFV yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Ke depannya, alat pengering berbasis efek rumah kaca ini diharapkan dapat diadopsi di wilayah pesisir lainnya, sebagai bagian dari komitmen KKP untuk mengembangkan ekonomi biru di seluruh Indonesia.
Baca juga: Pemerintah rancang model optimalkan peran kawasan konservasi perairan
Baca juga: KKP dorong pupuk rumput laut untuk dukung swasembada pangan
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024