Kaitannya dengan kebakaran atau panas itu juga akan mempengaruhi tidak hanya kaitannya dengan makanan mereka tapi juga habitat mereka untuk daerah jelajah dan lain-lain
Jakarta (ANTARA) - Ahli konservasi primata Universitas Nasional (Unas) Dr Sri Suci Utami Atmoko memperingatkan keberadaan primata di Indonesia terus terancam dengan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), mengakibatkan kehilangan habitat dan juga berpengaruh terhadap kesehatan satwa.
Dalam diskusi daring yang diadakan Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup yang dipantau dari Jakarta Rabu, Sri Suci Utami Atmoko menjelaskan, kebakaran hutan dan lahan serta peningkatan suhu bumi karena perubahan iklim memiliki dampak signifikan terhadap kelangsungan beragam primata di Indonesia.
"Kaitannya dengan kebakaran atau panas itu juga akan mempengaruhi tidak hanya kaitannya dengan makanan mereka tapi juga habitat mereka untuk daerah jelajah dan lain-lain," kata Suci.
Dia mengatakan bahwa kawasan penyangga dan habitat orang utan terdampak dengan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia. Yang paling masif adalah pada 2015 ketika 2,6 juta hektare terbakar dan 1,6 juta hektare pada 2019.
Efeknya juga sangat terasa di lokasi penelitian orang utan yang dilakukannya di Kapuas, Kalimantan Tengah. Selain api yang menyebabkan hilangnya tutupan pohon yang merupakan rumah orang utan, asap kebakaran berasal dari daerah lain juga menyebabkan berkurangnya buah yang dihasilkan pohon-pohon dan merupakan makanan bagi primata pemakan buah seperti orang utan.
Asap kebakaran itu berdampak juga pada kesehatan, aktivitas dan energi orang utan di lokasi tersebut. Dengan pemeriksaan urine memperlihatkan asupan energi lebih tinggi setelah kebakaran dan penggunaan badan keton, yaitu asam yang diproduksi tubuh sebagai sumber energi alternatif ketika tidak ada cukup glukosa.
"Badan keton itu ketika kita deteksi di urine itu berarti mereka dalam kondisi tidak sehat karena mereka memakai lemak yang ada di tubuh untuk cadangan makanannya," jelasnya.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024