Jakarta (ANTARA) - Global Carbon Budget melaporkan emisi karbon dari bahan bakar fosil diperkirakan mencapai rekor tertinggi pada 2024, dengan kondisi Indonesia sendiri memperlihatkan penurunan emisi secara umum.

Dalam keterangan diterima di Jakarta, Rabu, Pierre Friedlingstein dari Universitas Exeter sekaligus pemimpin studi Laporan Global Carbon Budget menyatakan emisi karbon global dari bahan bakar fosil diperkirakan mencapai rekor tertinggi 37,4 miliar ton pada 2024, naik 0,8 persen dari 2023.

Laporan itu juga menemukan emisi karbon dari sektor alih fungsi lahan cenderung turun dalam sepuluh tahun terakhir dengan perkiraan emisi tahun ini sebesar 4,2 miliar ton.

Namun, baik emisi karbon dari bahan bakar fosil maupun perubahan penggunaan lahan diperkirakan akan meningkat menyusul terjadinya kekeringan yang memperburuk emisi akibat deforestasi dan kebakaran hutan selama fenomena El Nino 2023-2024.

"Waktu semakin terbatas untuk mencapai tujuan Perjanjian Paris, dan para pemimpin dunia yang berkumpul di COP29 harus segera mengambil langkah tegas dan cepat untuk mengurangi emisi bahan bakar fosil agar kita memiliki kesempatan untuk menjaga pemanasan global tetap di bawah 2 derajat Celcius dari tingkat pra-industri. Hingga kita mencapai net zero untuk emisi CO2, suhu dunia akan tetap meningkat dan menyebabkan dampak yang semakin parah," kata Pierre.

Di Indonesia sendiri emisi karbon memperlihatkan penurunan, dengan emisi karbon Indonesia dari bahan bakar fosil tercatat sebesar 733,2 juta ton pada 2023 dan turun dibandingkan dengan level emisi pada 2022 yang tercatat 737 juta ton.

Pengampanye Energi Fosil Trend Asia Novita Indri dalam keterangan yang sama menyebut emisi Indonesia masih cenderung tinggi dikarenakan sektor energi, meski terdapat potensi energi terbarukan. Di sisi lain terdapat sektor lahan Indonesia yang bersama Brazil dan Republik Demokratik Kongo menyumbang sekitar 60 persen total emisi gas rumah kaca (GRK) akibat penggunaan lahan global.

"Masih dibangunnya PLTU batu bara baru hingga penggunaan turunannya seperti gasifikasi dan batu bara tercairkan sebagai bagian dari energi baru akan membayangi upaya keberhasilan kita untuk menekan laju emisi," kata Novita.

Sementara itu, Nadia Hadad selaku Direktur Eksekutif MADANI Berkelanjutan menyebut Indonesia telah memiliki komitmen untuk penurunan emisi sektor kehutanan dan penggunaan lahan lewat FOLU Net Sink 2030. Untuk itu, katanya, Indonesia perlu tegas menempatkan posisinya dalam pencegahan deforestasi, salah satunya untuk bergabung dalam Forest and Climate Leaders’ Partnership (FCLP)

"Untuk memastikan inisiatif ini berjalan dan diimplementasikan dengan nyata, pemerintah Indonesia harus memiliki komitmen yang kuat, serta menyelaraskan antara kebijakan penurunan emisi sektor hutan dan lahan dengan kebijakan energi agar tidak kontraproduktif," demikian Nadia Hadad.

Baca juga: Pemimpin Afrika desak negara Barat penuhi komitmen perubahan iklim
Baca juga: Indonesia tegaskan akan lanjutkan semua komitmen tingkatkan aksi iklim

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024