Aceh (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkenalkan alat peringatan dini tsunami yang siap menjangkau seluruh masyarakat di Aceh secara otomatis, beberapa saat setelah terdeteksi gempa bumi.
Alat peringatan dini tsunami tersebut dinamai Automatic Warning Broadcasting (AWB) yang dioperasikan oleh Stasiun Geofisika (Stageo) Kelas III Mata'Ie, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar.
Pengamat Meteorogi Geofisika Muda Stageo Mata'Ie Aceh Besar Zaenal Abidin Alatas saat ditemui di kantornya, Kamis, mengatakan bahwa AWB bertipe XCA05L merupakan alat peringatan dini bahaya bencana berteknologi terkini yang sebagian besar komponennya adalah buatan dalam negeri.
Baca juga: BPPT Pasang Alat Deteksi Tsunami di Aceh
AWB dirancang untuk mendeteksi aktivitas seismik secara otomatis yang ketika gempa terjadi, sistem mampu melakukan analisis cepat untuk menentukan parameter gempa, seperti magnitudo dan kedalaman dalam waktu singkat, karena sudah terintegrasi dengan sistem lainnya.
"Jika gempa memenuhi kriteria tertentu yang berpotensi menyebabkan tsunami, sistem AWB akan segera mengirimkan peringatan," kata dia.
AWB memanfaatkan jaringan komunikasi radio dan bertenaga baterai untuk menyebarkan informasi peringatan dini secara cepat ke masyarakat di seluruh wilayah Aceh, karena terintegrasi dengan seismogram. Informasi peringatan dini ini AWB dapat diterima melalui perangkat seperti walkie talkie.
"Jarak jangkauannya bisa diatur, seperti saat ini kami tentukan jaraknya radius 500 kilometer ke pusat gempa, atau misal kejadian di Medan bisa didistribusikan ke daerah di Aceh atau sebaliknya," imbuhnya.
Baca juga: Wagub: Perlu Perbaikan Alat Deteksi Gempa
Baca juga: BMKG: Pendeteksian tsunami RI belum lengkap tanpa sensor bawah laut
Hanya saja, ia mengakui bahwa penggunaan AWB di Aceh ini masih dalam tahap percobaan dan jumlahnya terbatas, sehingga pemanfaatannya belum secara langsung menyasar masyarakat.
Stageo Mata'Ie Aceh Besar menggunakannya untuk laporan kepada instansi terkait, seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah Aceh (BPBA), TNI dan Polri, kemudian mereka menjangkau masyarakat di setiap wilayah.
"Tapi, melihat spesifikasinya yang bisa diakses melalui frekuensi radio itu, sangat mungkin untuk dimiliki masyarakat, minimal oleh kepala desa atau ketua RT," ujarnya
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024