Stigma dan diskriminasi umumnya muncul karena kurang pengetahuan cara cegah penularan penyakit HIV dan AIDS

Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Jakarta Barat berharap tidak ada lagi diskriminasi terhadap penderita sindrom turunnya kekebalan tubuh atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) seiring terus ditingkatkannya pemahaman terhadap penyakit ini di masyarakat.

"Stigma dan diskriminasi umumnya muncul karena kurang pengetahuan cara cegah penularan penyakit HIV dan AIDS," kata Kepala Sub Kelompok Kesehatan dan Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) Bagian Kesra Setko Jakarta Barat, Endang Tri Rahayu saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Pemkot Jakbar selipkan sosialisasi HIV di setiap musrenbang

Menurut Endang untuk meningkatkan pemahaman tentang penanggulangan penyakit HIV/AIDS, penyuluhan harus terus dilakukan baik kepada jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan masyarakat.

Oleh karena itu, lanjut Endang, perlu kerja sama lintas sektor, termasuk pemerintahan kota setempat dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA).

"Perda No 5 Tahun 2008 tentang penanggulangan HIV dan AIDS di DKI Jakarta, KPA punya tugas mengoordinasikan dan mengevaluasi kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS di tingkat kota dengan melibatkan kerja sama yang komprehensif dengan sektor terkait," kata Endang.

"Untuk meniadakan diskriminasi dan stigma terhadap penderita juga tentunya butuh dukungan lintas program maupun sektoral," kata dia.

Baca juga: Pemkot Jakbar minta semua SKPD libatkan KPA dalam setiap sosialisasi

Selain mengurangi diskriminasi, KPA DKI Jakarta juga memiliki program penanggulangan HIV dan AIDS untuk meniadakan kasus infeksi baru dan menekan angka kematian karena AIDS.

Sekretaris KPA Jakarta Barat, Soekarno mengatakan kasus HIV di wilayah Jakarta Barat terus mengalami peningkatan. Rata-rata peningkatkannya 1.000 orang setiap tahun tertular HIV.

"Tentunya ini menjadi perhatian KPA Jakarta Barat yang secara terus menerus memberikan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat. Sedangkan Sudin Kesehatan Jakbar memberikan pengobatan. Namun, penularan HIV terus meningkat," tuturnya.

Baca juga: Jakbar tingkatkan kinerja sektor non-dinkes untuk tanggulangi HIV/AIDS

Pihaknya juga masih menemukan adanya stigma dan diskriminasi dari masyarakat terhadap orang yang terkena HIV. Mereka kerap dikucilkan, tak ada mendekat, bahkan adan yang diusir dari lingkungan sekitar.

"Permasalahan (stigma) itu ujung-ujungnya karena ketidaktahuan dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit HIV dan AIDS. Sehingga stigma ini kerap terjadi di lingkungan masyarakat," jelas mantan Wakil Wali Kota Jakbar ini.

Pihaknya bersama Sudin Kominfotik Jakbar pun melakukan survei pengetahuan masyarakat tentang penyakit HIV dan AIDS dengan menargetkan 380 responden setiap kecamatan.

"Namun, responden yang masuk melebihi target. Ada responden kecamatan jumlahnya 900, 400, 700 dan sebagainya. Dari total target 3.067 responden, responden yang masuk 5.283 responden dan responden di luar Jakbar berjumlah 109 responden.

"Dari survei itu, kita menganalisis, misalnya Pemkot Jakbar melakukan langkah seperti apa untuk menurunkan kasus penularan HIV di Jakbar," ucap Sukarno.

Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2024