Bila sebelumnya perawatan dilakukan pihak ketiga, sekarang atau sekitar tiga tahun terakhir sudah kembali ke kami di BMKG

Aceh (ANTARA) - Perawatan alat pemantau gempa bumi sistem peringatan dini tsunami Indonesia (InaTEWS) di Provinsi Aceh dilakukan setiap tanggal 26 Desember, sekaligus mengenang tragedi tsunami Samudera Hindia 2004.

Perawatan dilakukan oleh petugas teknik Stasiun Geofisika (Stageo) Kelas III Mata'Ie di Aceh Besar dan Stasiun Geogisika di Aceh Selatan sebanyak 25 unit alat pemantau yang ada di seluruh wilayah Aceh.

"Bila sebelumnya perawatan dilakukan pihak ketiga, sekarang atau sekitar tiga tahun terakhir sudah kembali ke kami di BMKG yang melakukannya," kata Pengamat Meteorogi Geofisika Muda Stageo Mata'Ie Aceh Besar, Zaenal Abidin Alatas saat ditemui di kantornya seusai forum Second UNESCO-IOC Global Tsunami Symposium, Kamis.

BMKG memastikan mayoritas alat pemantau gempa dan tsunami di Aceh masih berfungsi dengan baik dalam memantau aktivitas seismik yang berpusat di darat/perairan dan pendistribusian informasinya kepada publik.

Baca juga: BMKG Aceh perkenalkan alat peringatan dini tsunami otomatis
Baca juga: BMKG gelar simulasi tsunami di Aceh Besar

Perawatan yang dilakukan biasanya tim BMKG meliputi pembersihan peralatan sensor, sistem power, panel surya, baterai, mengecek sistem komunikasi dan seterusnya ke setiap 25 alat pemantau.

Pihaknya mencatat masing-masing alat pemantau (InaTEWS) yang berupa bangunan berisi sensor, menara, sirene dan lainnya ini tersebar di Sabang, Aceh Besar, Aceh Tenggah, Aceh Jaya, Aceh Timur, Lhokseumawe, Aceh Tenggah, Bener Meriah, Pidie, dan Simelue.

Perawatan rutin juga dilakukan oleh BMKG untuk peralatan sirene yang tersebar lebih dari enam unit di Aceh pada setiap tanggal 26 Desember untuk benar-benar memastikan masih bisa berfungsi secara normal.

Hanya saja, ia mengaku bahwa beberapa unit alat pemantau InaTEWS cukup mengalami gangguan karena rusak faktor usia sehingga dalam beberapa waktu tidak dioperasikan.

"Terus kami rawat tapi memang rusak karena sudah tua yang dipasang pertama tahun 2006-2007 an tapi secara umum tidak ada masalah kami tetap bisa menginformasikan peringatan gempa / tsunami ke masyarakat sesuai standarnya," kata dia.

Baca juga: Ahli konstruksi dunia jajaki pembangunan shelter evakuasi di Aceh
Baca juga: Warga Aceh tak lagi bangun rumah bertingkat atasi trauma masa lalu

​​​​​

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024