Bogor (ANTARA News) - Mahasiswa IPB menciptakan alat sprayer (penyemprot) dan aplikator (penyiram) untuk tanaman hortikultura dengan menggunakan energi sel surya yang diberi nama "Eco Splash Tank".

"Alat semprot dan siram ini menggunakan energi sel surya," kata Andi Ismanto, salah satu kelompok mahasiswa penemu Eco Splash Tank kepada Antara di Bogor, Rabu.

Andi menjelaskan bahwa awal mula terciptanya inovasi Eco Splash Tank saat ia dan ketiga temannya, Hendi Okta Kurniawan, Muhammad Fendi Wiranata dan Bayu Wicaksono memiliki misi untuk belajar berinovasi dan membantu para petani.

Ia mengatakan di latar belakangi oleh proses budi daya pertanian yang cukup lama dan melelahkan anggota UKM Keilmiahan Forum for Scientific Studies (FORCE) mencoba berinovasi untuk memudahkan kerja para petani dalam membudidayakan tanamannya.

"Kami sengaja membuat alat yang menggunakan energi sel surya karena kami yakin bahwa di Pulau Jawa masih banyak daerah pertanian produktif namun belum teraliri listrik. Apalagi di luar Pulau Jawa, pasti masih banyak," kata Andi.

Dengan menggunakan energi sel surya, lanjut Andi, otomatis alat semprot dan penyiram tanaman hortikultura tersebut dapat digunakan oleh para petani yang wilayahnya belum teraliri aliran listrik.

Lebih lanjut Muhammad Fendi Wiranata menjelaskan, salah satu inovasi dari alat tersebut adalah pada desainnnya yang menggunakan satu roda mirip "angkong" atau sorong.

Dengan model tersebut alat semprot menggunakan sel surya tersebut dapat menambah kapasitas tangki hingga 30 liter, yang biasanya hanya 15 liter.

"Secara beban yang diterima badan alat ini lebih ringan, tanpa harus "digendong", tanpa mompa manual dan tanpa BBM," kata Fendi.

Untuk cara kerjanya, lanjut Fendi, dengan meletakkan Eco Splash Tank di pematang sawah selanjutnya petani dapat memanjangkan dan masuk kebedengan dan melakukan penyemprotan maupun penyiraman.

Sementara itu, untuk panel surya prinsip yang digunakan, radiasi sinar matahari disimpan ke dalam panel surya yang ditempatkan di bagian depan pada sebuah rangka.

Selanjutnya, salah satu charge membutuhkan hingga sembilan sampai sepuluh jam.

"Proses pengisian baterai (charge) dapat dilakukan selama sinar matahari ada. Akan lebih cepat jika cuama semakin panas. Sekali charge dapat menyalakan alat hingga lebih dari tujuh jam," kata Fendi.

Bayu Wicaksono menambahkan bahwa proses membuat sebuah aplikator dan sprayer Eco Splash Tank tersebut menghabiskan dana sebesar Rp9.5 juta.

Biaya membuat prototype dari awal sampai akhir menelan dana Rp2 juta.

"Selain itu, kami juga melakukan uji coba ke mitra yang berada di Blitar, Jawa Timur dan perbaikan desain. Semua dana kami peroleh dari Program Kegiatan Mahasiswa yang dilaksanakan oleh DIKTI," kata Bayu.

Dengan inovasi Eco Splash Tank ini, keempat mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian IPB ini dinyatakan lulus Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PINMAS) 2014.

Saat ini Eco Splash Tank sudah diterapkan di berbagai mitra di Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, kemudian di Dramaga, Kabupaten Bogor.

"Alat ini dapat diproduksi, dengan harga Rp2 juta untuk prototype. Tetapi jika diproduksi dalam jumlah besar bisa lebih murah Rp1,5 juta," kata Bayu.

Selanjutnya Andi kembali menjelaskan ke depan mereka berempat akan ikut dalam ajang PIMNAS 2014 yang diselenggarakan di Universitas Diponegoro, Semarang.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014