Tradisi tersebut adalah kebiasaan masyarakat mengonsumsi rasi (beras singkong) sebagai sumber karbohidrat utama, serta tradisi Tutup Taun Ngemban Taun 1 Sura.
Kepala Bidang Kebudayaan Disparbud Jawa Barat Febiyani menjelaskan bahwa proses penetapan ini melalui berbagai kajian oleh tim WBTB yang melibatkan akademisi.
Masyarakat diminta terus menjaga tradisi itu seperti halnya merawat tradisi makan rasi dan tutup taun yang ditetapkan jadi WBTB Jabar dan Indonesia.
Bagi masyarakat masyarakat Kampung Cireundeu, perayaan upacara adat Tutup Taun Ngemban Taun 1 Sura layaknya Lebaran bagi kaum muslim.
Tradisi ini melibatkan serangkaian kegiatan keagamaan, budaya, dan refleksi bersama, yang bertujuan untuk menjaga harmoni antara manusia, alam, dan sang pencipta.
"Dua tradisi ini harus diturunkan ke anak keturunan kita, khususnya di Cireundeu. Wajib dirawat dan dilestarikan. Jadi setelah ditetapkan, ada tanggung jawab di baliknya," kata dia.
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Muslimin Anwar mengungkapkan pihaknya terus mendorong pengembangan desa wisata sebagai bagian dari upaya meningkatkan potensi pariwisata daerah.
Muslimin menjelaskan terdapat tiga fokus utama pengembangan yang diarahkan pada tiga aspek penting, yaitu aksesibilitas, fasilitas, dan atraksi pada pengembangan desa wisata.
Aksesibilitas di Kampung Cireundeu maupun desa wisata lainnya di Jawa Barat masih memerlukan perhatian lebih, misalnya, perbaikan infrastruktur agar dapat mengundang lebih banyak wisatawan.
Dari segi fasilitas, Pemerintah dan BI Jabar mengutamakan pembangunan homestay yang nyaman dan inovatif. Salah satu inovasi yang dikembangkan adalah konsep camping ground yang dinilai mampu menarik minat wisatawan muda.
Keunikan desa wisata ada pada kehidupan sehari-hari warganya karena wisatawan tidak mencari hal-hal mewah, tetapi pengalaman autentik yang berbeda dari kehidupan kota besar.
![](https://img.antaranews.com/cache/730x487/2024/11/29/WhatsApp-Image-2024-11-28-at-15.22.35.jpeg)
Kampung Cireundeu telah mengajarkan banyak hal, terutama tentang pentingnya ketahanan pangan dan bagaimana sebuah komunitas dapat bertahan hidup dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada.
Di tengah perubahan zaman, masyarakat Cireundeu tetap teguh pada prinsip mereka bahwa makan tidak harus dengan nasi. Singkong, yang dulu dianggap sebagai makanan sederhana, kini menjadi simbol ketahanan dan kebijaksanaan dalam menghadapi tantangan hidup.
Dengan prinsip sederhana “kenyang tak harus nasi,” Kampung Cireundeu tidak hanya menunjukkan cara hidup yang berbasis pada ketahanan pangan, tetapi juga mengajak manusia untuk lebih bijak dalam memilih sumber pangan dan lebih mengutamakan kemandirian pangan.
Editor: Achmad Zaenal M
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024