Jakarta (ANTARA News) - Lima pemuda dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Papua yang tergabung dalam Nusantaranger berjuang melindungi Bumi dari kejahatan. Mereka mengerahkan kekuatan untuk melawan Kelana yang sejak ratusan juta tahun lalu berambisi menguasai Bumi demi kepentingannya sendiri.

Kisah dalam komik daring Nusantaranger (Nusantara Ranger) yang terbit secara berkala sejak 1 Januari 2014 itu mengadopsi konsep Super Sentai, serial pahlawan super dari Jepang yang juga diadaptasi Amerika menjadi Power Ranger.

Menurut salah satu pencetus Nusantaranger, Shani Budi Pandita, konsep Power Ranger yang punya lima karakter berbeda dengan tujuan yang sama dapat mewakili slogan Bhinneka Tunggal Ika.

Namun Nusantaranger memasukkan budaya lokal ke dalam cerita, salah satunya dalam hal pemilihan binatang endemik di setiap pulau sebagai simbol ruh yang memberikan kekuatan bagi setiap pahlawan super.

Ksatria Nusa Merah dari Jawa memiliki kekuatan dari elang jawa, Nusa Kuning dengan kekuatan harimau sumatera, Nusa Hitam dari Sulawesi punya kekuatan anoa, Nusa Hijau dari Kalimantan memiliki kekuatan ruh orangutan, dan Nusa Biru dari Papua punya kekuatan hiu gergaji.

Shani Budi Pandita dan Tamalia "Tami" Arundhina mencetuskan ide membuat komik Nusantaranger karena merasa generasi muda di Indonesia tidak memiliki pahlawan lokal yang bisa menjadi panutan. Mereka lantas mengajak beberapa teman untuk bergabung mewujudkan ide tersebut.

Indra Arista (Nabun) bergabung menjadi Project Manager, Keinesasih atau Ines menjadi penulis, komikus Sweta Kartika didapuk menjadi ilustrator, Bisri Mustova (Ova) sebagai konsultan visual dan desainer web serta Hendranto Sastro (Toto) sebagai perancang merchandise dan mainan serta pembuat komik Nusa-strip yang diunggah di Facebook setiap minggu.

Mereka bergabung dengan semangat masing-masing.

Ines ingin menularkan inspirasi yang dia dapat dari kisah pahlawan pembela kebenaran yang dia tonton semasa kecil. "Saya ingin meneruskan, menularkan, melipatgandakan inspirasi tersebut," kata dia.

Sementara menurut Ova, Indonesia butuh sosok pahlawan untuk menjaga sisi kanak-kanak setiap manusianya.

"Superhero memancing sisi kanak-kanak kita yang imajinatif, kreatif dan yang paling penting: memancing untuk berbuat baik," kata Ova, yang mengidolakan komikus "One Piece", Eiichiro Oda.


Kekayaan Indonesia

Selain menghadirkan simbol pahlawan super baru Indonesia, kata Shani, Nusantaranger juga ingin memperkenalkan kekayaan ragam budaya Indonesia tanpa berkesan menggurui.

Selain pada ruh pemberi kekuatan super, unsur lokal juga digunakan dalam penamaan karakter ksatria Nusantaranger.

Nusa Merah dari Jawa bernama Rangga Wira Prakoso yang artinya prajurit perkasa; Nusa Kuning bernama asli Kanaya Meuthia, nama asli dari Aceh yang berarti mutiara; marga Mokoginta dari Sulawesi menginspirasi pemberian nama Renata Mokoginta sang Nusa Hitam; dan nama Rimba Kala Manthana si Nusa Hijau berarti hutan Kalimantan yang rimbun dan panas.

Sementara nama George Saa pada Nusa Biru dari Papua diambil dari nama pemuda Papua yang berhasil mendulang prestasi. "Dia adalah anak Papua yang berhasil mendapatkan penghargaan First Step to Nobel Physics," jelas Shani.

Nama-nama karakter antagonis seperti anggota Sandekala yang menjadi musuh Nusantaranger pun diambil dari cerita rakyat di berbagai daerah Indonesia.

Jurus dan senjata para ksatria juga berkaitan dengan budaya Indonesia. Gerakan Pencak Silat Panglipur menjadi inspirasi penggambaran kuda-kuda beladiri Ksatria Nusa Merah saat menghadapi musuh pertamanya. Dan senjata khas Kalimantan, Mandau, menjadi inspirasi bentuk senjata Rimba si Ksatria Nusa Hijau.

Selain itu, berbagai unsur dalam komik Nusantaranger dipilih secara seksama untuk menyampaikan pesan tertentu kepada pembaca, termasuk pemilihan binatang endemik sebagai simbol ruh kekuatan ksatria dari setiap pulau.

"Misi besar kami adalah konservasi," kata Shani, yang berharap pembaca komiknya menyadari keberadaan binatang-binatang endemik dari kelima pulau itu kini masuk dalam kategori satwa dilindungi.

"Kami ingin menyampaikan pesan bahwa jangan sampai binatang endemik yang keren ini punah dan tidak ada lagi di Indonesia," ujar dia.


Penggarapan Komik

Saat ini sudah terbit empat buku komik daring Nusantaranger yang berjudul "Elang", "Taring", "Belantara" dan "Hitam". Masing-masing buku terdiri atas empat hingga lima bab.

Menurut Ines, seluruh tim Nusantaranger biasanya berkumpul sekali dalam sebulan untuk menggodok ide cerita per buku. Berbagai riset dari berbagai sumber seperti cerita rakyat dan ensiklopedia dihimpun untuk menyajikan elemen budaya Indonesia yang mendalam dalam setiap plot cerita.

"Saya sebagai penulis dan Sweta sebagai ilustrator yang mendiskusikannya," kata Ines, serta menambahkan dia akan butuh lebih dari empat tahun untuk menyelesaikan serial tersebut.

Karena tidak semua anggota tim berdomisili di kota yang sama, para anggota tim saling berinteraksi daring lewat aplikasi untuk mengobrol. Mereka bahu membahu bekerja untuk menerbitkan komik daring itu secara berkala setiap tanggal 1 dan 15.

Ova mengatakan dua kali sebulan merupakan waktu yang paling manusiawi bagi seorang komikus untuk menyelesaikan satu karya.

"Saya sendiri masih kagum bisa konsisten terbit tepat waktu karena Sweta juga punya kerjaan dan proyek kreatif lain selain Nusantaranger," kata dia.

Namun kerja keras mereka berbayar. Nusantaranger kini telah menuai popularitas di dunia maya.

"Website selalu njeblug kena lonjakan pembaca setiap bulan karena kami belum punya dana untuk menyewa dedicated server," kata Ova berseloroh tentang minat pembaca setiap kali bab Nusantaranger yang baru terbit.

Dana memang masih menjadi kendala mereka, apalagi pemasukan Nusantaranger sampai sekarang baru bergantung pada penjualan merchandise yang dijual secara daring.

Meski demikian mereka optimistis Nusantaranger bisa berkembang karena jumlah pembacanya terus bertambah dari waktu ke waktu. Setiap bulan, hits website Nusantaranger mencapai 2.500.000 dan tercatat ada 20.000 pembaca baru per bulan.

Bagi tim Nusantaranger, antusiasme para pembaca yang disebut Jagawana itu merupakan sumber dukungan yang membantu mereka terus berkarya.

Para Jagawana memberikan apresiasi melalui kicauan di Twitter, fan art, dan bahkan menciptakan lagu Nusantaranger dengan inisiatif sendiri.

"Sampai saat ini sudah ada tujuh lagu yang dibuat oleh pembaca kami," ungkap Tami.

Ke depan, Nusantaranger diharapkan bisa terbit dalam bentuk buku fisik supaya bisa menjangkau lebih banyak pembaca.

"Target pasar kami sedikit berubah antara pelajar SMA hingga usia kerja, tetapi akhir-akhir ini kami diberitahu pembaca bahwa mereka mulai mengenalkan Nusantaranger ke keponakan atau sepupu mereka yang masih kecil," jelas Tami.

Nusantaranger, kata Tami, selanjutnya juga ingin hadir dalam bentuk animasi.

"Saat ini kami berharap bisa roadshow ke daerah-daerah untuk mengenalkan Nusantaranger ke pasar yang lebih luas dan juga bertemu dengan pembaca di luar Jakarta, terlebih di luar pulau Jawa," tutur Tami.

Nusantaranger juga diharapkan bisa menyaingi popularitas komik-komik asing yang sudah terkenal di Indonesia.
"Kita punya banyak hal yang tidak mereka punya, terutama dari kekayaan budaya dan keragaman suku bangsa. Always think big," kata Toto.

Oleh Nanien Yuniar
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014