Banyak orang melihat manfaat media digital untuk pendidikan dan tak banyak yang melihatnya dari sisi kerugian.
Jakarta (ANTARA News) - Menurut studi psikologi dari Universitas California - Los Angeles (UCLA), kemampuan sosial anak membaca emosi wajah orang lain, bisa menurun akibat terlalu sering menggunakan media digital.

Para ilmuwan dari UCLA menemukan, siswa kelas enam yang lima hari tak menyentuh smartphone, televisi atau layar digital lainnya, secara substansial lebih baik membaca emosi wajah manusia dibandingkan mereka (dari tingkatan yang sama) yang setelah sekolah menghabiskan waktunya bersama peralatan elektroniknya.

"Banyak orang melihat manfaat media digital untuk pendidikan dan tak banyak yang melihatnya dari sisi kerugian. Berkurangnya sensitivitas soal isyarat emosi - kehilangan kemampuan memahami emosi orang lain - merupakan salah satu kerugiannya," ujar profesor psikologi dari UCLA sekaligus penulis studi, Patricia Greenfield.

"Bergantinya sosok orang dalam interaksi sosial dengan interaksi menggunakan layar (digital) nampaknya mengurangi kemampuan-kemampuan sosial," katanya seperti dilansir siaran publik UCLA.

Dalam studi yang dipublikasikan dalam Computers in Human Behavior ini, para psikolog mempelajari 105 anak kelas enam dari sekolah di California Selatan. Ke-105 orang anak ini dibagi dalam dua kelompok.

Sebanyak 51 orang di antaranya tinggal bersama selama lima hari di Pali Institute, sebuah perkemahan sederhana yang jaraknya 112 kilometer dari Los Angeles. Sementara 54 orang sisanya, dibawa ke perkemahan setelah studi dilakukan.

Selama di perkemahan, para siswa ini tidak diperbolehkan menggunakan alat elektronik. Dari sini akan diketahui siapa yang paling cepat beradaptasi.

Pada permulaan dan akhir masa studi, kemampuan kedua kelompok ini mengenali emosi-emosi orang lain misalnya wajah marah, sedih, senang atau takut melalui foto-foto dan video-video, dievaluasi. Mereka juga diminta mengidentifikasi perasaan mereka.

Hasil studi menemukan, anak-anak yang berada di perkemahan selama lebih dari lima hari meningkat kemampuan membaca emosi wajah dan isyarat emosi nonverbal nya dibandingkan mereka yang terus menggunakan "gadget" mereka.

Hasil ini berlaku baik untuk anak laki-laki maupun perempuan.

"Kau tidak dapat mempelajari isyarat emosi nonverbal dari sebuah layar, Kau dapat mempelajarinya dari komunikasi tatap muka," kata ketua studi sekaligus peneliti senior di UCLA’s Children’s Digital Media Center, Los Angeles, Yalda Uhls.

"Jika Anda tak melakukan komunikasi tatap muka, Anda dapat kehilangan kemampuan sosial yang penting," tambahnya.

Uhls mengatakan, emoticon adalah pengganti yang buruk untuk komunikasi tatap muka.

"Kita adalah makhluk sosial. Kita perlu waktu untuk bebas dari perangkat elektronik," katanya.

Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014