Purbalingga, Jawa Tengah (ANTARA) - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menyebut Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) bisa menjadi indikator peningkatan skor literasi di Program Penilaian Pelajar Internasional atau yang dikenal dengan PISA.

"Untuk melihat tingkat kemampuan, penguasaan, atau analisis siswa, yang dapat menjadi indikator adalah nilai UKBI-nya. Semakin tinggi nilai yang didapatkan oleh siswa, maka tingkat analisisnya juga tinggi, karena salah satu untuk melihat program PISA kan bagaimana kita bisa menjadikan tradisi itu sebuah budaya," kata Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Syarifuddin saat ditemui di Purbalingga, Jumat.

Badan Bahasa memberikan penghargaan kepada tiga sekolah di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, yakni SMA Negeri 1 Bobotsari, SMP Negeri 1 Padamara, dan SMP Negeri 1 Purbalingga yang dinilai dapat menularkan praktik baik penerapan penggunaan Bahasa Indonesia di sekolah secara nasional.

Ia menjelaskan, dalam dunia pendidikan program PISA mengkaji siswa di rentang usia 13-15 tahun dengan melihat kemampuan membaca materi-materi yang diajarkan di sekolah, dan Bahasa Indonesia tentu menjadi bahasa utama yang digunakan.

Di situlah, lanjut Syarifuddin, bahasa Indonesia hadir sebagai pembela ilmu pengetahuan, karena hampir semua pengembangan ilmu pengetahuan hingga literatur yang menjadi bahan rujukan ilmu pengetahuan siswa ditulis menggunakan Bahasa Indonesia.

"Di situlah Bahasa Indonesia terus digunakan secara beriringan, siswa kalau kemampuan analisisnya tinggi, maka tingkat kemahiran menggunakan Bahasa Indonesia juga otomatis akan tinggi," ujar dia.

Ia menyebutkan ada lima keterampilan dalam pengujian UKBI, yakni berbicara, menyimak, membaca, menulis, dan merespons kaidah.

"Kaidah-kaidah dalam Bahasa Indonesia juga menjadi patokan karena semua bahasa itu mempunyai kaidah-kaidah kebahasaan, dan itu menjadi tolak ukur atau indikator dalam uji kemahiran berbahasa Indonesia," ucapnya.

Sementara itu, salah satu siswa kelas 11 SMA Negeri 1 Bobotsari, Nadhiifa Cahya Janatisyafa (16) mengakui bahwa tes respons kaidah menjadi salah satu tes yang paling menarik dalam UKBI.

"Saya melakukan UKBI adaptif dan terdapat tiga tes utama, di antara tiga tes tersebut terdapat respons kaidah sebagai tes favorit. Di merespons kaidah, saya dapat memahami seberapa jauh saya dapat menelaah dalam Bahasa Indonesia, mengetahui kata-kata yang belum saya ketahui, sehingga saya merasa termotivasi," ujar dia.

Nadhiifa mengemukakan pentingnya meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia sebagai tonggak persatuan bangsa.

"Saya merasa untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia sangatlah penting, karena Bahasa Indonesia merupakan tonggak persatuan bangsa, dan kita dapat mempelajari bahasa daerah menggunakan sarana bahasa Indonesia," paparnya.

Menurutnya, belajar bahasa Indonesia tidak sulit karena dapat terus dilatih. "Berbahasa Indonesia tidak sulit jika kita mau belajar, dan kita sebagai orang Indonesia pasti sudah memiliki bekal karena berbahasa Indonesia dapat dilatih dengan kemampuan," katanya.

Baca juga: Badan Bahasa beri penghargaan UKBI pada tiga sekolah di Purbalingga
Baca juga: Badan Bahasa fasilitasi residensi sastrawan ke luar negeri mulai 2025

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024