Beijing (ANTARA) - Pencapaian konservasi pandai yang berdasarkan data resmi menunjukkan penambahan populasi panda raksasa liar dari sekitar 1.100 ekor pada 1980-an menjadi hampir 1.900 ekor mencerminkan kemajuan ekologis China.
Ahli utama di Pusat Konservasi dan Penelitian Panda Raksasa China (China Conservation and Research Center for the Giant Panda/CCRCGP) Li Desheng mengatakan, pelaksanaan konservasi tidaklah mudah.
Sebagai contoh, dibutuhkan puluhan tes untuk menemukan susu formula yang paling cocok untuk bayi panda.
Dengan wajahnya yang bulat, tubuhnya yang gemuk, dan warnanya yang khas, panda raksasa China yang ikonis dicintai di seluruh dunia sebagai simbol budaya maupun lambang keanekaragaman hayati, mencerminkan kemajuan ekologis yang luar biasa di negara berjuluk Negeri Panda tersebut.
Dalam konferensi Global Panda Partners 2024 yang baru-baru ini digelar di Chengdu, Provinsi Sichuan, China, perhatian lebih lanjut diberikan kepada pencapaian-pencapaian konservasi panda yang dilakukan China serta upaya China untuk melindungi lingkungan dan spesies yang terancam punah.
Populasi panda raksasa tangkaran di seluruh dunia kini mencapai 757 ekor. Uni Internasional untuk Konservasi Alam (International Union for Conservation of Nature/IUCN) telah menurunkan status panda raksasa dari spesies terancam punah (endangered) menjadi spesies rentan (vulnerable).
Sichuan, venue konferensi itu, merupakan rumah bagi habitat panda terbesar di dunia. Di Sichuan, sebanyak 1.387 panda telah ditemukan di alam liar, meningkat lebih dari 50 persen sejak 1980-an.
"Pada awalnya, pengembangbiakan buatan pada panda raksasa merupakan masalah besar. Sepanjang 1980-an, kami hanya mengembangbiakkan satu bayi panda, yang bertahan hidup selama dua tahun," kenang Li.
Namun berkat kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, pengembangbiakan buatan saat ini meningkat signifikan pada tingkat estrus (masa berahi) dan tingkat kelangsungan hidup anak panda, sehingga harapan hidup rata-rata panda pun meningkat, demikian menurut ahli.
Panda raksasa di China juga menikmati habitat liar yang lebih luas. Pada 2021, China secara resmi menetapkan lima taman nasional, termasuk Taman Nasional Panda Raksasa, yang mencakup sebagian wilayah provinsi Sichuan, Shaanxi, dan Gansu.
Berbicara dalam upacara pembukaan Global Panda Partners 2024 pada Selasa (26/11), kepala Administrasi Kehutanan dan Padang Rumput Nasional China, Guan Zhi'ou mengatakan bahwa China telah membentuk sistem perlindungan habitat panda raksasa yang berpusat di sekitar taman nasional.
Dengan total luas area mencapai 2,58 juta hektare, serta telah mencapai konektivitas habitat dan pertukaran genetik di antara 85 persen populasi panda raksasa liar.
Konservasi panda raksasa melambangkan upaya perlindungan dan restorasi ekologis China.
Selain panda, China dalam beberapa tahun terakhir juga memperkuat penelitian dan kerja sama internasional dalam perlindungan spesies terancam punah lainnya melalui berbagai upaya, seperti perlindungan habitat, pengembangbiakan dan budi daya buatan, serta pelepasliaran ke alam.
Populasi lebih dari 300 hewan dan tumbuhan liar yang langka dan terancam punah, seperti harimau Siberia dan ungka Hainan, mencatatkan pertumbuhan yang stabil.
Dalam konferensi tersebut, Irina Bokova, mantan direktur jenderal UNESCO, mengatakan bahwa kepemimpinan China telah menekankan hubungan antara manusia dan alam serta menyerukan upaya untuk menciptakan komunitas kehidupan bagi manusia dan alam.
"Hal ini sangat sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang terkandung di dalam Agenda PBB 2030, yang dalam pelaksanaannya China muncul sebagai pemimpin." katanya.
Duta Besar Yordania untuk China Hussam Al Husseini mengatakan China memberikan contoh yang baik dalam hal perlindungan ekologis sembari mengupayakan pembangunan modern. Dia juga menyatakan harapannya untuk dapat menerapkan praktik-praktik China di berbagai bidang, seperti ekonomi hijau dan konservasi margasatwa, di Yordania.
Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2024