Jakarta (ANTARA) - Pengurus Besar Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (PB FOBI) menggelar kongres IV yang diikuti 25 dari total 29 pengurus provinsi, sekaligus membahas perkembangan barongsai ke kancah internasional.
"Acara ini dihadiri 25 provinsi, dalam anggaran dasar kita memang harus melakukan rakernas. Jadi sesuai itu, kita laksanakan kewajiban dan ketentuan. Ini salah satunya, sekaligus tanggung jawab dalam tugas empat tahun, sekaligus memilih ketua umum yang baru," kata Ketua Umum FOBI Edy Kusuma kepada pewarta di Jakarta, Minggu.
Edy mengatakan perkembangan barongsai di Indonesia memang masih belum terlalu lama dan harus berperan aktif untuk mengikuti sejumlah kejuaraan tingkat internasional.
Sebagai sebuah olahraga prestasi, menurut Edy, barongsai Indonesia masih mempunyai sejumlah ketertinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain. Namun Edy optimistis Indonesia mampu mengejar ketertinggalan tersebut karena mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang cukup potensial.
"Jadi saya pikir potensi kita itu besar sekali. Jadi kalau kita dibanding sama negara tetangga saja, kita itu masih banyak kekurangan. Tapi karena kita dasarnya, dulunya barongsai itu cukup banyak dan kuat di budaya masyarakat," ujar Edy.
Baca juga: Masuknya "naga" dalam pertarungan PON
Ketua Umum Komite Olahraga Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari berharap kongres yang juga digunakan untuk memilih Ketua Umum FOBI kali ini mampu membawa organisasi ke arah yang jauh lebih baik.
Okto mengatakan akan sangat mendukung langkah FOBI dalam merumuskan dan menegosiasikan agar cabang barongsai masuk dalam SEA Games.
"Ada Ketua Umum Pak Edi, ada Pak Tony, ada Pak Sekjen, kalau kita kerja sama (mencalonkan barongsai masuk multicabang) ini bisa menjadi inisiatif yang dimulai dari Indonesia. Kita mulai dulu dari 11 negara Asia Tenggara, setelah itu baru ke 45 negara di Asia," ujar Raja Sapta Oktohari.
Baca juga: Mengukir prestasi dari olahraga tradisi
Baca juga: PB FOBI bidik barongsai Indonesia masuk SEA Games hingga Olimpiade
Pewarta: Fajar Satriyo
Editor: Eka Arifa Rusqiyati
Copyright © ANTARA 2024