Shijiazhuang (ANTARA) - Sebuah zona dengan luas 600 kilometer persegi yang terletak sekitar 300 kilometer di sebelah barat daya Beijing telah diberi lampu hijau sebagai wilayah udara uji coba drone yang terbesar di China utara. Pengalokasian ini ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ketinggian rendah yang sedang berkembang di negara tersebut.
Zona yang mencakup area seluas 25 kali 23 kilometer itu memungkinkan penerbangan hingga 4.000 meter, melampaui batas standar 3.000 meter untuk wilayah udara ketinggian rendah, menurut laporan Shijiazhuang Daily pada Sabtu (30/11).
Wilayah udara ini, yang terletak di Shijiazhuang, ibu kota Provinsi Hebei, China utara, dirancang untuk uji coba penerbangan semua pesawat berawak dan nirawak, termasuk drone industri berukuran besar, ujar Zhang Minghui, seorang insinyur di Aviation Industry General Aircraft Co., Ltd.
Wilayah udara itu dapat mendukung permintaan untuk tanggap darurat penerbangan, transportasi udara, modifikasi cuaca, pariwisata ketinggian rendah, dan pelatihan pilot, ujar Zhang.
Manajemen terpadu dari zona uji coba tersebut dapat secara efektif menyederhanakan proses bagi perusahaan-perusahaan untuk mengamankan wilayah udara, sementara penerapan teknologi 5G-Advanced memfasilitasi pemantauan status penerbangan drone secara waktu nyata (real-time), kata Zhang Xueqian, seorang pejabat setempat yang bertanggung jawab atas promosi investasi.
Shijiazhuang merupakan kota terbaru di China yang terlibat dalam membangun fondasi di sektor emerging, dengan sejumlah perusahaan China telah memanfaatkan potensi ekonomi yang luas dari wilayah udara itu dengan meluncurkan berbagai drone, eVTOL, dan pesawat kecil.
Lebih dari 20 pemerintah provinsi di China telah memasukkan pengembangan ekonomi ketinggian rendah ke dalam rencana kerja mereka atau memperkenalkan kebijakan-kebijakan yang relevan.
Pada Agustus, Beijing meluncurkan rute pengiriman logistik kendaraan udara nirawak pertamanya di salah satu seksi Tembok Besar, yang memungkinkan para wisatawan menerima produk-produk penangkal suhu panas dan persediaan darurat dalam hitungan menit.
Chongqing, sebuah kota pegunungan di China barat daya, meluncurkan uji coba operasi rute udara ketinggian rendah antarprovinsi ke Kota Zigong di provinsi tetangganya, Sichuan, pada Maret.
Pada 1 November, sebuah pesawat kecil berkapasitas 10 penumpang terbang dari Zigong ke Chongqing untuk kali pertama pada ketinggian sekitar 3.500 meter.
Penerbangan uji coba tersebut memakan waktu 2,5 jam, memangkas waktu tempuh hingga setengahnya dibandingkan dengan mengemudi. Rute itu rencananya akan secara resmi diluncurkan pada akhir tahun ini.
Chongqing dan Chengdu, ibu kota Sichuan, dilaporkan telah terpilih sebagai kota percontohan untuk penerbangan eVTOL di bawah 600 meter, dengan pemerintah setempat mendapat kewenangan persetujuan yang lebih besar.
Otoritas penerbangan di Sichuan juga telah menyederhanakan prosedur penerbangan uji coba drone. Sebelumnya, perusahaan drone diharuskan mengajukan permohonan persetujuan selama tujuh hari kerja sebelum melakukan penerbangan uji coba. Kini, penerbangan bisa mendapat lampu hijau dengan pemberitahuan hanya satu jam sebelum lepas landas.
Ekonomi ketinggian rendah didefinisikan sebagai sebuah industri emerging strategis dalam konferensi kerja ekonomi pusat tahunan China pada 2023 lalu.
Skala ekonomi ketinggian rendah China diperkirakan mencapai lebih dari 500 miliar yuan (1 yuan = Rp2.188) pada akhir tahun lalu, dengan skalanya diperkirakan akan meningkat menjadi 2 triliun yuan pada 2030, menurut Administrasi Penerbangan Sipil China.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024