Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum PBNU, K.H. Yahya Cholil Staquf yang akrab dipanggil Gus Yahya, mengajak seluruh kader Nahdlatul Ulama untuk memperkuat koordinasi internal pasca Pemilu dan Pilkada 2024.
Ia menegaskan bahwa proses pemilu adalah sebuah tahapan yang harus dijalani bersama. Kini, dengan berakhirnya pemilu, Gus Yahya menekankan pentingnya mengalihkan fokus kembali ke penguatan organisasi melalui langkah konsolidasi ulang.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa langkah ini tidak hanya bertujuan memperkuat struktur internal NU, tetapi juga merupakan wujud komitmen organisasi dalam mendukung konsolidasi nasional di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Dr. (H.C.) K.H. Yahya Cholil Staquf lahir pada 16 Februari 1966 di Rembang, ia adalah seorang ulama terkemuka Indonesia yang saat ini memimpin Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk periode 2022-2027. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Katib 'Aam PBNU pada periode 2015-2021.
Baca juga: Gus Yahya sebut kaderisasi jadi cara PBNU bangun organisasi modern
Gus Yahya merupakan putra dari K.H. M. Cholil Bisri, keponakan dari K.H. A. Mustofa Bisri, dan kakak kandung Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas. Selain perannya di NU, ia juga menjadi salah satu pengasuh di Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin di Rembang.
Pendidikan Gus Yahya diawali di Madrasah Al Munawwir Krapyak, Bantul, di bawah bimbingan K.H. Ali Maksum. Ia menyelesaikan pendidikan menengah di SMA Negeri 1 Yogyakarta dan melanjutkan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (UGM), jurusan Sosiologi. Selama menjadi mahasiswa, Gus Yahya aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai Ketua Komisariat Fisipol UGM periode 1986-1987.
Perjalanan di Nahdlatul Ulama
Gus Yahya telah lama aktif di NU, mengawali kiprahnya sebagai Katib 'Aam PBNU pada periode 2015-2020. Pada Muktamar ke-34 NU di Lampung, ia terpilih sebagai Ketua Umum PBNU menggantikan Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj yang telah menjabat selama dua periode.
Baca juga: Ketum PBNU kecam serangan Israel ke Lebanon
Karier di politik dan pemerintahan
Gus Yahya pernah menjadi juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Pada tahun 2018, ia diangkat oleh Presiden Joko Widodo sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
Aktivitas di kancah global
Pada 2014, Gus Yahya turut mendirikan Bait ar-Rahmah, sebuah institut berbasis di California yang fokus pada kajian Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Ia juga terlibat dalam inisiatif bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat melalui Dewan Eksekutif Agama-Agama, hasil kerjasama antara Presiden Joko Widodo dan Presiden Barack Obama.
Sebagai tokoh global, Gus Yahya kerap diundang menjadi pembicara di berbagai forum internasional, termasuk American Jewish Committee (AJC) dan International Religious Freedom (IRF) Summit.
Dalam pidatonya, ia mendorong konsep Islam yang damai sebagai solusi konflik global. Di Washington D.C., pada 2021, ia menyampaikan pidato tentang meningkatnya nasionalisme religius, menyoroti tantangan global yang muncul akibat persaingan nilai dan perlunya pengelolaan agar tidak memicu konflik lebih besar.
Baca juga: Ketum PBNU: Humanitarian Islam pengalaman Indonesia kelola keberagaman
Baca juga: Gus Yahya: PBNU tak halangi siapapun untuk maju dalam Pilkada 2024
Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2024