Sikap kita terhadap AI, itu kan sebatas mengecek tata bahasa kita benar atau tidak, perkara menulis atau bagaimana, dia (AI) itu seperti penulis dan pemikir lainnya, ya tinggal kitanya saja yang lebih banyak baca buku...

Jakarta (ANTARA) - Dosen Fakultas Film dan Televisi (FFT) Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang juga Sastrawan Seno Gumira Ajidarma menyebutkan pentingnya penulis lebih cerdas dalam memanfaatkan kecerdasan artifisial atau AI dalam berkarya.

"Sikap kita terhadap AI, itu kan sebatas mengecek tata bahasa kita benar atau tidak, perkara menulis atau bagaimana, dia (AI) itu seperti penulis dan pemikir lainnya, ya tinggal kitanya saja yang lebih banyak baca buku, banyak menulis, banyak menyerap pengetahuan-pengetahuan," katanya dalam diskusi bersama Perpustakaan Nasional (Perpusnas) yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.

Ia menyampaikan pada dasarnya mesin merupakan alat untuk mempermudah pekerjaan, sehingga yang perlu meningkatkan kapasitas yakni sumber daya manusianya.

Baca juga: Nvidia digugat tiga penulis akibat AI yang langgar hak cipta

"Mesin itu tinggal dimatikan listriknya selesai, jadi sikap kita positif saja lah, tidak bisa menganggap itu berhala baru, itu tetap alat suruhan, semua tergantung pengalaman dan kewaspadaan kita, pengalaman kita sebagai akademisi misalnya, ya digunakan sebatas untuk menambah kutipan-kutipan saja," papar Seno Gumira Ajidarma.

Ia menekankan pentingnya akademisi maupun penulis untuk tetap memiliki sikap yang otentik dalam memanfaatkan AI.

"Yang perlu dilakukan itu meningkatkan keterampilanmu. Motret misalnya, itu kan bukan tergantung kameranya, tetapi mata yang melihat, jadi AI itu tergantung siapa yang menyuruh. Kalau yang menyuruh tidak jenius, ya tidak bermanfaat. Yang menyuruh juga harus pintar," ucapnya.

Baca juga: Microsoft, OpenAI kena gugatan hukum dari penulis atas pelatihan AI

Sementara itu Dosen Hukum dan Hak Asasi Manusia Internasional Universitas Trisakti Andrey Sujatmoko mengemukakan pemanfaatan AI pada akhirnya memang tergantung kapasitas individu masing-masing, dan semestinya bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki setiap karya yang dibuat oleh masyarakat.

"Semua akhirnya kita sendiri kok, mau cepat, banyak, atau sedikit, lompatan teknologi saat ini cukup membantu, dan teknologi harus dimanfaatkan untuk memperbaiki karya kita, justru tantangan itu buat penulis untuk memanfaatkan AI, karena itu bukan penghambat," kata Andrey.

Ia menegaskan AI hanyalah alat untuk memperbaiki kerja manusia. "Kuncinya di SDM, mereka (AI) hanya sebagai tools atau alat kerja mereka," tuturnya.

Baca juga: 'Asisten AI' tingkatkan kualitas SDM Indonesia melalui inovasi

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024