Saat ini biaya produksi listrik menggunakan batu bara adalah yang paling murah, karena pertimbangan secara ekonomi itu, maka pemerintah memilih untuk menggunakan sumbar daya tersebut,"
Padang (ANTARA News) - Pemerintah masih memilih untuk membuat pembangkit listrik tenaga batu bara ketimbang tenaga angin karena beberapa faktor, salah satunya biaya produksi. Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung di Padang, Sumatera Barat, Jumat mengatakan biaya produksi listrik menggunakan batu bara jauh lebih murah ketimbang menggunakan tenaga angin.
"Saat ini biaya produksi listrik menggunakan batu bara adalah yang paling murah, karena pertimbangan secara ekonomi itu, maka pemerintah memilih untuk menggunakan sumbar daya tersebut," kata dia saat ditemui usai memimpin rapat koordinasi Gubernur se-Sumatera dengan jajaran Menteri Bidang Perekonomian.
Dia mengatakan, pemerintah terus mencari sumber daya potensial untuk menjaga ketersediaan listrik.
Namun dia mengakui, potensi sumber daya angin sebagai pembangkit listrik di Indonesia sangat bagus, karena garis pantai Indonesia sangat panjang dan angin tidak pernah berhenti berhembus setiap saat. Namun, banyak pertimbangan yang dilakukan sehingga sumber daya itu belum dilakukan.
"Ke depan, sumber daya tersebut pasti akan digunakan," kata dia.
Listrik menurut Chairul, salah satu faktor vital untuk mengupayakan percepatan perkembangan ekonomi masyarakat Indonesia melalui sektor industri.
"Jika investor masuk dan membangun industri di Indonesia, tentu akan sangat membantu dalam mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi," kata dia.
Namun menurut dia, sektor industri tersebut sangat membutuhkan dukungan ketersediaan listrik yang memadai.
"Ini merupakan peluang bagi pulau Sumatera karena banyak memiliki sumber batu bara. Kita pun sudah sepakat dengan gubernur se-Sumatera untuk membangun transmisi listrik 500 KV trans Sumatera guna memancing minat investor untuk masuk ke Sumatera," kata dia.
Rencana pembangunan sejumlah pembangkit listrik di sumatera berbasis batu bara itu menurut Chairul akan dimulai Oktober tahun ini.
"Mudah-mudahan terealisasi sehingga percepatan perkembangan ekonomi Sumatera bisa terpacu," kata dia. (KR-MLN/S025)
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2014
Benjamin Ticoalu Rabu, 1 Oktober 2014 23:33 WIB
Rupanya Bpk.Menko Perekonomian lupa bahwa Dunia Internasional sedang prihatin "pemanasan bumi" yang dikenal dengan "Global Warming" akibat pencemaran udara yang terutama disebabkan oleh pembakaran batu-bara. Apakah persoalan pemerataan listrik kesemua (922) pulau dengan penghuni tetapnya dapat diselesaikan dengan hanya mengandalkan pada pembangunan pembangkit listrik batu-bara jQuery11020691137406865824_1412176405390 Rupanya sang bapak Menko Ekonomi tidak tahu atau tidak mau tahu bahwa dengan menggunakan tenaga air, tidak akan ada biaya produksi, yang ada hanya biaya operasionil dan perawatan (operational and maintenaance costs). Mengapa dan untuk apa subsidi dari APBN tahun 2013-2014 sebesar 73trilyun IDR. kalau tidak untuk menutupi biaya pembelian bahan baku antara lain batu-bara!! sedangkan air tidak perlu dibeli. Memang dapat dimengerti bahwa pembangkit listrik yang memakai air yang diasup dari laut, hingga saat ini belum dikenal Dunia, Indonesia khususnya, yang dikenal adalah pembangkit-pembangkit listrik yang dinamakan sebagai: 1.pembangkit listrik tenaga air ( konvensionil-PLTA) 2. pembangkit listrik tenaga uap (batu-bara, gas 3.pembangkit listrik panas bumi (geo thermal) dan 4.pembangkit listrik tenaga nuklir (fission of uranium)yang hingga kini mampu membangkit listrik dikisaran lebih dari 100 megawatt sampai gigawatt bahkan tera watt!!. Sehingga dapat dimaklumi bahwa Bpk. Menko Ekonomi sampai pada kesimpulan .."bahwa biaya produksi listrik menggunakan batu-bara adalah yang paling murah"