Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan menyebut pemuda merupakan bagian penting dalam upaya mencegah kenaikan prevalensi merokok, karena dengan jumlah pemuda yang banyak, kolaborasi, dan ruang berekspresi yang luas, kepentingan kemanusiaan yang dibutuhkan masyarakat dapat disuarakan.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan dalam Indonesian Youth Summit on Tobacco Control (IYSTC) ke-3 di Jakarta, Selasa, bahwa tantangan terkait prevalensi merokok akan semakin berat, contohnya dengan banyaknya kafe yang didukung oleh jenama-jenama rokok elektronik.

"Artinya sekarang terus nih industri mencari bagaimana supaya, kalau sekarang pakai rokok konvensional, karena sudah begitu banyak larangannya, sekarang pakai rokok elektronik," katanya.

Bahkan di luar negeri, katanya, rokok elektronik dipaketkan dengan gim, jadi selain bisa untuk vaping, bisa juga untuk bermain.

Dalam lima tahun, katanya, angka perokok di bawah umur 10 tahun hanya turun sekitar 1,9 persen, jumlah yang dinilai sangat sedikit. Sementara itu, kata Nadia, jumlah orang yang mulai merokok pada usia 20-24 tahun meningkat 3,3 persen dalam lima tahun.

Dia menjelaskan sejumlah dampak ekonomi dan kesehatan dari merokok. Pada keluarga penerima bantuan, katanya, 12,34 persen pengeluarannya adalah untuk rokok, sementara untuk lauk pauk seperti ikan, udang, cumi, hanya 8,5 persen, dan untuk sayur dan buah-buahan hanya 4 persen.

Baca juga: Upayakan anak muda yang sehat tanpa rokok demi Indonesia Emas
Baca juga: Asosiasi komitmen lindungi anak-anak dari tembakau alternatif

Kemudian, katanya, terdapat 7 ribu zat karsinogenik dalam rokok. Kombinasi antara kurangnya pangan yang sehat serta paparan zat karsinogenik yang terus-terusan, membuat anak dapat terkena stunting.

Oleh karena itu, katanya, yang bisa dilakukan sekarang adalah mencegah agar perokok usia remaja dan muda tidak bertambah, karena yang sudah kecanduan sulit untuk dibuat berhenti.

Menurut dia, suara para pemuda sangat penting dalam upaya menekan prevalensi merokok, di mana para anak muda meminta hak-haknya untuk hidup lebih sehat dan memastikan pada 2045 bonus demografi benar-benar dirasakan manfaatnya.

Senada, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Heryawan menyebutkan, pemuda adalah satu bagian dari perjuangan secara keseluruhan untuk membuat, mengawasi, dan mengevaluasi kebijakan tentang pengawasan rokok.

"Kalau memang ada celah (kebijakan), kita juga gak boleh malu dan ragu untuk melakukan revisi," kata Netty.

Selain kebijakan, dia menilai perlunya perubahan perilaku, mengingat anak mulai merokok karena mencontoh orang tuanya. Oleh karena itu, dia mengapresiasi inisiatif Presiden Prabowo Subianto yang membentuk Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang dapat menjadi upaya menangani hal itu.

Baca juga: IDAI: Akses ke rokok bagi anak-anak perlu dipersulit
Baca juga: PAPDI: regulasi perlu dikuatkan guna cegah anak merokok

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024