Fungsi pendidikan tinggi di tingkat universitas tidak hanya mencetak kaum intelektual dalam retorika belaka, tetapi juga memiliki peran untuk memecahkan problem-problem sosial yang ada di sekelilingnya
Jakarta (ANTARA) - Antropolog dan Dosen Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI) Amanah Nurish mengatakan bahwa pemerintah perlu melindungi hak pendidikan anak-anak yang merupakan orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
“Sebagai kelompok masyarakat yang rentan, pemerintah perlu melakukan langkah-langkah, kebijakan strategis, untuk melindungi hak-hak para penderita HIV/AIDS, seperti pelayanan pendidikan inklusif bagi mereka,” kata Amanah dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan bahwa melindungi hak pendidikan diperlukan karena tidak jarang sekolah negeri maupun swasta menolak kehadiran anak-anak penderita HIV/AIDS.
Selain itu, katanya, anak-anak tersebut dapat mengalami diskriminasi dan intimidasi dari lingkungan sosial maupun sekolah, sehingga mengakibatkan trauma psikologis.
“Bahkan, di antara mereka ada yang ingin mengakhiri hidupnya dengan mengonsumsi obat-obat terlarang, dan terjerat masalah narkoba,” ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa diskriminasi dapat terjadi karena banyak orang yang tidak memahami bahwa penularan HIV/AIDS terjadi karena berhubungan seksual tanpa pengaman, penggunaan jarum suntik secara bergantian, hingga proses persalinan dan menyusui dari ibu penderita HIV/AIDS ke anaknya.
“Berbagai penolakan sering kali terjadi apabila identitas siswa diketahui sebagai ODHA. Padahal, amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menekankan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan keadilan sosial yang setara,” jelasnya.
Sementara itu, selain pemerintah, dia mengatakan bahwa lembaga pendidikan tinggi dapat berperan untuk mewujudkan kolaborasi pendidikan inklusif di sekolah-sekolah dasar dan menengah, atau melakukan pendampingan terhadap anak-anak penderita HIV/AIDS.
“Fungsi pendidikan tinggi di tingkat universitas tidak hanya mencetak kaum intelektual dalam retorika belaka, tetapi juga memiliki peran untuk memecahkan problem-problem sosial yang ada di sekelilingnya,” katanya.
Pewarta: Rio Feisal
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024