Maseru (ANTARA News) - Perdana Menteri Lesotho Thomas Thabane, Sabtu menuduh militer negaranya melakukan kudeta terhadapnya dan ia lari ke Afrika Selatan tetangganya, yang mengecam tindakan militer itu dan menyerukan penyelesaian secara damai.

Suara tembakan Sabtu pagi terdengar di Maseru, ibu kota kerajaan kecil Afrika bagian selatan yang terletak di perbatasan Afrika Selatan itu. Unit-unit militer menduduki markas besar polisi dan mengepung kediaman perdana menteri itu, kata penduduk dan para diplomat.

Beberapa jam setelah militer bergerak, ibu kota Maseru dilaporkan tenang tetapi tidak segera jelas siapa yang mengelola pemerintah negara pegunungan berpenduduk dua juta jiwa itu.

Thabane, yang Juni lalu membubarkan parlemen untuk menghindari mosi tidak percaya terhadapnya di tengah-tengah pemerintah koalisinya yang berumur dua tahun itu dilanda konflik, mengatakan ia telah memasuki Afrika Selatan karena khawatir akan keselamatan jiwanya.

"Jelas ada usaha untuk melakukan kudeta," kata Thabane kepada Reuters dan menambahkan ia berada di rumah putrinya di Afrika Selatan.

"Kami akan melakukan langkah-langkah konkrit untuk menghentikannya pada awal," tambahnya dan mengatakan Masyarakat Pembagunan Afrika bagian Selatan (SADC) sedang membahas situasi itu.

Afrika Selatan, yang berbicara atas nama SADC mengutuk aksi-aksi militer Lesotho, yang dikatakannya "merupakan tanda-tanda awal satu kudeta". Negera itu menyeru panglima militer Lesotho, memerintahkan kesatuan-kesatuannya kembali ke barak-barak mereka.

"Setiap perubahan pemerintah yang tidak konstitusional tidak dapat ditoleransi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Clayson Monyela dalam satu jumpa wartawan di Pretoria.

Sebelumnya menteri pertahanan Lesotho membantah usaha kudeta terhadap Thabane, dengan mengatakan pengerahan pasukannya ditujukan terhadap unsur-unsur polisi yang diduga berencana akan mempersenjatai satu faksi politik, kata seorang juru bicara militer.

"Tidak ada rencana seperti itu (kudeta), situasi telah kembali normal, tentara telah kembali ke barak-barak mereka," Mayjen Ntlele Ntoi kepada Reuters. Ia menambahkan militer "mendukung pemerintah sekarang yang diplih secara demokratis".

Sejak merdeka dari Inggris tahun 1996,Lesotho dilanda beberapa kudeta militer. Pada tahun 1998 setidaknya 58 tentara lokal dan delapan serdadu Afrika Selatan Selatan tewas dan sebagian kota Maseru hancur dalam konflik politik dan pertempuran akibat pertikaian itu.

(Uu.H-RN)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014