Keberadaan 6.000 desa di sekitar kawasan konservasi menjadi tantangan tersendiri, terutama menyangkut kesejahteraan masyarakat
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menaruh perhatian tidak hanya terhadap konservasi di kawasan dilindungi tetapi juga masyarakat yang berada di sekitar wilayah tersebut terutama terkait kesejahteraan sebagai bagian lain dari upaya konservasi.
Dalam taklimat dengan media dalam rangkaian perayaan ulang tahun ke-10 Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) di Jakarta, Rabu, Sekretaris Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kemenhut Ammy Nurwati menyampaikan terdapat beragam tantangan dalam upaya konservasi.
Ammy mengatakan tantangan menjaga kelestarian keanekaragaman hayati tidak hanya menyangkut isu pendanaan atau pencemaran tetapi juga aktivitas ilegal seperti perambahan, perburuan ilegal, penangkapan ikan ilegal dan penambangan.
Tidak hanya itu, keberadaan 6.000 desa di sekitar kawasan konservasi menjadi tantangan tersendiri, terutama menyangkut kesejahteraan masyarakat untuk memastikan mereka ikut menjaga kawasan konservasi.
Baca juga: Pastikan keberlanjutan, BRGM libatkan masyarakat rehabilitasi mangrove
"Sampah laut berdampak pada ekosistem pesisir, termasuk mangrove, lamun, dan terumbu karang. Kehilangan biodiversitas akibat perambahan, perburuan, dan aktivitas ilegal lainnya juga terus meningkat. Kita perlu melibatkan masyarakat untuk mengatasi hal ini. Jika masyarakat mendapatkan manfaat ekonomi, mereka cenderung menjaga kawasan tersebut," kata Ammy.
Kolaborasi kemudian dilakukan oleh Kemenhut bersama beragam pihak termasuk YKAN untuk mendorong kesejahteraan masyarakat adat dan warga lokal agar dapat ikut berkontribusi dalam upaya menjaga ekosistem di sekitar tempat tinggal mereka.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Eksekutif YKAN, Herlina Hartanto menyampaikan selain Kemenhut pihaknya juga bekerja sama dengan pemerintah daerah seperti di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur dalam upaya menyejahterakan masyarakat sambil melakukan upaya konservasi.
Salah satunya tengah didorong program tambak yang lebih ramah terhadap lingkungan lewat pendekatan Shrimp Carbon Aquaculture (SECURE). Metode SECURE mencoba memperbaiki cara dan hasil budi daya udang tradisional sembari merestorasi mangrove yang rusak, dengan 20 persen area budi daya dan sisanya dilakukan penanaman kembali mangrove.
Terkait hal itu, Herlina menyampaikan apresiasi mitra termasuk pemerintah baik pusat maupun daerah atas kerja sama erat selama 10 tahun terakhir.
"Namun, tantangan ke depan semakin kompleks. Oleh sebab itu, kami mengajak semua pemangku kepentingan untuk bersama-sama lebih giat lagi mengatasi krisis ganda perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati, Together, We Find a Way. Kolaborasi yang lebih solid dan luas di semua tingkat sangat dibutuhkan sehingga alam terjaga dan masyarakat sejahtera untuk Indonesia lestari," demikian Herlina Hartanto.
Baca juga: Kemenhut terus lakukan kolaborasi atasi isu pendanaan konservasi
Baca juga: WGII harapkan pengakuan praktik baik konservasi oleh masyarakat adat
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024