Jakarta (ANTARA) - PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), produsen baja di Indonesia, menyatakan komitmen perusahaan dalam mendukung agenda keberlanjutan nasional akselerasi Transformasi Ekonomi Hijau.
Sebagai bentuk dukungan terhadap agenda ini, Presiden Direktur GRP, Fedaus memaparkan berbagai langkah inovatif yang dilakukan GRP untuk mendukung pembangunan rendah karbon.
"Sebagai salah satu perusahaan baja di Indonesia, kami percaya bahwa transisi menuju ekonomi hijau harus menjadi prioritas," katanya dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Dengan strategi keberlanjutan komprehensif yang dimiliki perusahaan seperti ESG Strategy Handbook dan Net Zero Roadmap, tambahnya, pihaknya berkomitmen untuk menjadi penggerak perubahan menuju masa depan yang lebih hijau, khususnya bagi industri baja tanah air.
Dalam paparannya di ajang Dialog Nasional Akselerasi Transformasi Ekonomi Hijau yang merupakan bagian dari program United Nations Partnership for Action on Green Economy (PAGE), Fedaus menyoroti beberapa inisiatif penting yakni penggunaan energi terbarukan yang mana GRP telah mengoperasikan salah satu rooftop solar power plant terbesar di Jawa Barat dengan total kapasitas 9,3 MWp.
Baca juga: Peneliti mengkhawatirkan industri baja dalam negeri seperti tekstil
"Inisiatif ini akan terus diperluas dengan target mencapai 33 MWp pada 2025, yang diharapkan dapat mengurangi 47.400 ton CO2 per tahun," katanya pada acara yang diselenggarakan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS bekerja sama dengan lima agensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP, ILO, UNIDO, UNEP, UNITAR) 3 Desember 2024 di Jakarta.
Upaya lainnya yakni melalui investasi untuk mendukung upaya dekarbonisasi dimana GRP menerima pembiayaan pinjaman setara dengan 60 juta dolar AS dari IFC (International Finance Corporation), anggota dari Grup Bank Dunia.
Investasi tersebut, lanjutnya, akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi baja lembaran rendah karbon menggunakan teknologi Electric Arc Furnace (EAF), dengan bahan baku scrap, sehingga dapat menghasilkan baja berkualitas tinggi dengan emisi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan teknologi Non-EAF.
Menurut dia, perusahaan juga terus meningkatkan pelaporan keberlanjutan melalui peningkatan ESG risk rating dan partisipasi dalam CDP Disclosure untuk memastikan akuntabilitas dan dampak positif dalam perjalanan dekarbonisasi Perusahaan.
Baca juga: Kemenperin buka kelas pendidikan industri baja pertama di Indonesia
Sebelumnya Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Wakil Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Febrian Alphyanto Ruddyard, menyatakan bahwa pergeseran struktur ekonomi menuju sektor yang lebih produktif harus diiringi dengan investasi pada infrastruktur hijau dan pekerjaan ramah lingkungan.
"Strategi ekonomi hijau diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan, sekaligus memastikan pembangunan berkelanjutan," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut GRP menerima penghargaan dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/BAPPENAS atas kontribusinya dalam mendukung transformasi ekonomi hijau.
Pewarta: Subagyo
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2024