Jakarta (ANTARA) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi mengatakan pentingnya data sebagai acuan bersama untuk menuntaskan isu kekerasan terhadap perempuan dan anak.

"Data ini sangat penting untuk memahami permasalahan lebih mendalam dan merancang kebijakan serta program yang tepat sasaran. Kami menyadari banyak kasus kekerasan tidak terlaporkan atau bahkan tidak diketahui oleh lingkungan sekitarnya. Dengan pendataan yang akurat, kami dapat mengidentifikasi masalah sejak dini dan mengambil langkah pencegahan yang lebih efektif," kata Menteri Arifah Fauzi dalam keterangan di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Jakarta turun

Menurut dia, program Satu Data Perempuan dan Anak Berbasis Desa akan menjadi salah satu program prioritas KemenPPPA ke depan yang bertujuan untuk menciptakan sistem pendataan yang terintegrasi hingga ke tingkat desa.

Menteri Arifatul Choiri Fauzi menambahkan bahwa perlindungan perempuan dan anak adalah isu yang kompleks dan memerlukan kerja sama lintas sektor.

"Perlindungan terhadap perempuan dan anak bukan hanya tanggung jawab individu atau kelompok tertentu, tetapi tanggung jawab kita semua," katanya.

Sebab, perlindungan perempuan dan anak adalah isu yang kompleks, sehingga membutuhkan kolaborasi lintas sektor.

Baca juga: Menteri Arifah tekankan sinergi tangani kekerasan terhadap perempuan

Baca juga: UN Women: Penegakan hukum yang kuat kunci cegah dan tangani kekerasan

Hasil Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) 2024, menunjukkan bahwa 1 dari 4 perempuan di Indonesia pernah mengalami kekerasan fisik dan atau seksual dari pasangan, dan atau selain pasangan selama hidup.

"Kolaborasi dan sinergi bersama seluruh elemen bangsa adalah corong utama untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak," kata Arifah Fauzi.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024