Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, deteksi dini menjadi kunci keberhasilan program skrining kesehatan dan pengentasan tuberkulosis di Indonesia, yang menjadi bagian dari Astacita.

“Indonesia saat ini masih menduduki peringkat kedua tertinggi di dunia untuk penderita penyakit TBC. Maka dari itu, jangan sampai nunggu ada gejala parah, apalagi hingga batuk darah. Pentingnya menumbuhkan kesadaran untuk melakukan skrining, khususnya bagi yang kontak erat dengan pasien positif,” kata Dante dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.

Dia meninjau layanan deteksi dini pada tiga masalah kesehatan, TBC, stunting, dan kanker serviks di Puskesmas Krembangan Selatan, Surabaya, Jawa Timur. Adapun pemeriksaan TB di Puskesmas itu, katanya, dilakukan dengan berbagai metode, di antaranya tes mantoux, pemeriksaan dahak, dan pemeriksaan dengan memanfaatkan teknologi AI untuk membaca hasil rontgen dan tes darah lebih cepat.

Dia berpesan kepada beberapa pasien yang baru saja terdeteksi TBC untuk dapat mengonsumsi obatnya sampai tuntas selama beberapa waktu dan tidak berhenti di tengah jalan agar bakterinya tidak kebal.

Masih terkait TB, Dante menyebutkan pentingnya layanan deteksi dini stunting melalui pemeriksaan rutin berat badan bayi dan balita.

“Skrining berat badan bayi dan balita juga sama pentingnya. Bayi dan balita yang berat badannya tidak naik memiliki peluang terkena TBC. Apalagi, jika bayi tersebut ada di lingkungan orang dewasa yang positif TBC maka harus segera diperiksa lebih lanjut supaya lebih cepat diketahui,” katanya.

Menurutnya, deteksi dini pada stunting penting karena kondisi ini berhubungan erat dengan kecerdasan. Saat ini, angka stunting di Indonesia masih mencapai 21,5 persen. Meskipun belum mencapai target, katanya, pihaknya masih terus berupaya untuk menurunkan angka stunting.

Dia juga menyoroti pentingnya melakukan deteksi dini kanker serviks. Dante menyebutkan bahwa Kanker serviks masih menjadi penyebab kematian nomor 2 tertinggi bagi perempuan di Indonesia.

“Perlu dilakukan pemeriksaan IVA secara rutin untuk dapat mendeteksi kanker serviks. Sebab, apabila ada yang terdeteksi positif dan masih berada pada stadium rendah, kita dapat segera lakukan pengobatan sederhana yang bisa dilakukan langsung di tingkat puskesmas, yakni dengan pengobatan cryo,” katanya.

Namun, apabila kanker serviks terdeteksi pada stadium lanjut dan sudah menyebar maka perlu tindakan yang lebih kompleks, seperti kemoterapi, bahkan hingga operasi, dan lain sebagainya.

Menurutnya, perlu kolaborasi lintas sektor untuk mempersiapkan generasi bebas stunting demi terwujudnya Indonesia Emas 2045 pada masa mendatang.

Baca juga: Kemenkes bangun kolaborasi untuk eliminasi TBC

Baca juga: Hari HIV/AIDS Sedunia momen gencarkan skrining TB pada populasi kunci

Baca juga: Wamenkes sebut tindakan nyata kunci hadapi tantangan kesehatan

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024