Jakarta (ANTARA) - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menilai indeks karya ilmiah yang dimiliki oleh Indonesia, dalam bidang keamanan pangan dan juga farmasi masih jauh tertinggal dengan negara tetangga.
Menurut Kepala BPOM, Taruna Ikrar lemahnya indeks karya ilmiah di bidang pangan dan juga farmasi dikarenakan minimnya publikasi riset yang sudah mereka hasilkan. Sehingga, Indonesia tercatat sangat minim karya ilmiah di dua bidang tersebut.
“Saya melihat kenapa Indonesia masih sangat sedikit karya ilmiahnya, khususnya yang berhubungan dengan keamanan pangan dan obat. Saya melihat salah satu penyebabnya adalah bahwa kita memiliki data, memiliki riset. Tapi riset-riset dan data kita itu, kita tidak publikasikan,” kata Taruna Ikrar usai melakukan MOU kepada 19 Perguruan tinggi di Jakarta, Senin.
Hal tersebut dikarenakan, masih terdapat budaya “enggan” untuk mempublikasikan sangat marak di Indonesia. Lemahnya indeks karya ilmiah di dua bidang itu juga karena, masih belum banyak penelitian yang dilakukan oleh para peneliti.
Sehingga, kompilasi dari kurangnya riset dan enggan mempublikasikan riset menjadikan Indonesia harus bertengger di bawah negara-negara tetangga yang ada di kawasan Asia saat ini.
Data dari Global Food Security Index 2022, Indonesia menempati urutan ke-63 dari 113 negara. Dengan begitu, Indonesia masih berada di bawah Singapura, Malaysia bahkan Vietnam untuk kawasan Asia.
Baca juga: Peneliti BRIN: Riset AI mampu memperkuat ketahanan pangan RI
Sedangkan tingkat Asean, Indonesia masih berada di bawah negara lainnya seperti Malaysia, Vietnam dan juga Tahiland. Negara-negara tersebut tercatat sudah sangat baik dalam hal riset dan inovasi ketahanan pangan yang diterapkan secara strategis untuk mendukung kebijakan dan peningkatan kapabilitas nasional.
Oleh karena itu, BPOM menghadirkan program Pangan Aman Goes to Campus (PAGC) bersama dengan 53 perguruan tinggi yang ada di seluruh Indonesia. Program tersebut dinilai sangat ideal untuk menciptakan generasi emas di 2045 dan juga meningkatkan Indonesia lebih tinggi lagi dalam hal indeks karya ilmiahnya.
“Kerjasama ini dapat meningkatkan kapasitas dan juga jumlah penelitian, melalui kampus-kampus yang ada di Indonesia,” ujar dia.
Pada kesempatan itu, BPOM meresmikan Program PAGC Platform Universitas sekaligus menandatangani kerja sama dengan 19 perguruan tinggi di Indonesia. Kerja sama ini mencakup pengintegrasian kurikulum pembelajaran yang mendukung pemberdayaan UMKM pangan olahan.
Sebanyak 19 universitas tersebut antara lain Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Gorontalo, Universitas Negeri Jember, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Padang, Universitas Sebelas Maret, Universitas Syah Kuala, Universitas Lampung, Universitas Pendidikan Indonesia.
Kemudian Universitas Djuanda, Stikes Papua, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Dharma Andalas, Universitas Muhammadiyah Semarang, Universitas Singaperbangsa Karawang, Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Universitas Mataram, dan Universitas Islam Negeri Alaudin.
Baca juga: BRIN perkuat kolaborasi dengan kampus wujudkan swasembada pangan
Baca juga: BPOM: PAGC langkah nyata wujudkan generasi unggul di 2045
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024