Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia dan Norwegia resmi meluncurkan kerja sama pendanaan berbasiskan kontribusi (result based contribution/RBC) tahap keempat sebesar 60 juta dollar AS atau sekitar Rp952 miliar berdasarkan pengurangan emisi pada 2019-2020.
Dalam acara peluncuran di Jakarta, Selasa, Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq mengatakan Indonesia sebelumnya sudah mengajukan hasil dokumen measurement, reporting, and verification (MRV) untuk tahapan keempat pada 2023.
"Ini menandai salah satu cerita sukses implementasi Pasal 5 dari Perjanjian Paris," kata Menteri LH Hanif.
Dalam pendanaan tahap keempat, Norwegia akan memberikan kontribusi sebesar 60 juta dolar AS kepada Pemerintah Indonesia untuk pengurangan emisi pada periode 2019-2020 karena berhasil menekan deforestasi dan sudah terverifikasi.
Baca juga: Pakar: Negara berkembang perlu pendanaan iklim yang tak bebani ekonomi
Secara total, Norwegia sudah memberikan kontribusi sebesar 216 juta dolar AS atas pengurangan emisi dari menekan deforestasi yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.
Dia menjelaskan bahwa Indonesia lewat dokumen iklim Enhanced NDC sudah menargetkan pengurangan emisi sampai dengan 2030 mencapai 31,89 persen dengan upaya sendiri dan sebesar 43,2 persen apabila mendapatkan dukungan internasional. Target tersebut dapat ditingkatkan dengan peluncuran Second NDC yang akan dikeluarkan dalam waktu dekat.
Hanif menjelaskan bahwa kerja sama RBC untuk pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD+) antara Indonesia dan Norwegia dapat mendukung pencapaian yang sudah ditargetkan tersebut.
Baca juga: RI usung isu capaian penurunan emisi dan perdagangan karbon di COP29
"Kolaborasi yang lebih kuat tersebut dapat menjadi modal yang kuat untuk menghadapi tantangan lingkungan hidup ke depan," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni mengatakan kerja sama itu merupakan bentuk upaya kolektif untuk mengatasi perubahan iklim di tingkat akar rumput, melalui implementasi Indonesia FOLU Net Sink 2030 atau upaya untuk memastikan tingkat penyerapan lebih besar dari emisi yang dihasilkan untuk sektor kehutanan dan penggunaan lahan pada 2030.
"Indonesia dan Norwegia memberikan contoh bagaimana dua negara bekerja bersama dalam kolaborasi untuk menangani tantangan iklim. Kami sangat menghargai kerja sama ini dan akan terus memperkuat kerja sama, meningkatkan kolaborasi," kata Menhut Raja Juli Antoni.
Baca juga: Inovasi pendanaan untuk dukung aksi iklim masyarakat
Dalam peluncuran itu hadir pula Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Rut Kruger Giverin serta Utusan Khusus Presiden Prabowo Subianto untuk Energi dan Lingkungan Hidup Hashim Djojohadikusumo.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024