Perkembangan kawasan perkotaan yang pesat ini perlu diiringi dengan penyediaan layanan pendidikan yang optimal.

Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amich Alhumami memaparkan sejumlah tren global yang memiliki dampak signifikan terhadap pendidikan Indonesia.

Pertama adalah populasi penduduk dunia sedang mengalami perubahan signifikan, terutama di negara-negara maju yang tengah menghadapi penuaan populasi dan penurunan angka kelahiran. Di sisi lain, beberapa negara berkembang seperti Indonesia masih memiliki jumlah penduduk relatif besar dengan potensi menjadi kekuatan ekonomi besar di masa depan.

“Kita tahu bahwa di tahun-tahun yang akan datang, demografi struktur penduduk dunia akan mengalami bukan saja dari sisi jumlah makin meningkat, yang diproyeksikan di tahun 2045 atau 2050 itu sedikit di atas 9 miliar. Dengan struktur penduduk yang demikian besar, Asia itu adalah bagian dari (benua) penyangga penduduk dunia yang paling besar,” katanya dalam acara Peluncuran Pemetaan Kebutuhan SDM (Bidang Keahlian) dan Pusat Keunggulan Untuk Indonesia Emas 2045, di Jakarta, Selasa.

Demografi penduduk juga akan mengalami proses penuaan, sehingga setiap negara seperti Indonesia harus mengantisipasi hal tersebut dengan menyiapkan penduduk dengan kualifikasi pendidikan semakin tinggi dan berkualitas, yang menguasai beberapa cabang keilmuan.

Tren kedua adalah urbanisasi global yang diperkirakan sekitar 68 persen dari penduduk dunia tinggal di kawasan perkotaan, dengan 95 persen pertumbuhan di negara berkembang. Desa yang semula dikategorikan sebagai kelompok pedesaan akan berkembang menjadi kota metropolitan hingga megapolitan.

Perkembangan ini disebut akan menjadi daya tarik bagi penduduk untuk berkumpul di pusat-pusat pertumbuhan dan industri. Para warga dari desa yang semakin terdidik dan terpelajar, kemudian tidak bakal mencari pekerjaan di desa karena bidang keahlian yang diminati tidak lagi ditemukan. Mereka merambah ke kota-kota yang mengalami percepatan urbanisasi dan perubahan struktur desa-kota.

Perkembangan kawasan perkotaan yang pesat ini perlu diiringi dengan penyediaan layanan pendidikan yang optimal.

Tren berikutnya adalah perubahan iklim, kerusakan lingkungan dan polusi, serta kehilangan keanekaragaman hayati secara global diperkirakan akan berlangsung dan tak dapat dihindari.

Karena itu, katanya lagi, diperlukan kampanye publik secara terus-menerus untuk memperkuat dan memperluas literasi pengetahuan bahwa pembangunan berkelanjutan mengimplikasikan komitmen bersama menjaga sumber daya alam lestari hingga generasi mendatang.

Dalam arti lain, kata dia pula, pendidikan lingkungan terutama terkait perubahan iklim, merupakan strategi yang sangat penting dalam membantu masyarakat memahami tiga krisis global tersebut.

Dampak signifikan terhadap pendidikan Indonesia juga disebabkan pemanfaatan teknologi yang berlebihan, sehingga dapat menyebabkan kecanduan internet, penyebaran informasi palsu, cyber crime, hingga cyber bullying.

“Jadi, technology for education itu menjadi mutlak karena nanti kita juga harus ditantang dan juga merespons kebutuhan-kebutuhan penduduk untuk bisa mendapatkan layanan pendidikan tidak dalam bentuk konvensional sekarang, tetapi melalui (Massive Open Online Courses/MOOC). Jadi, mata kuliah-mata kuliah yang bisa diikuti tapi tidak harus sit-in, atau tidak harus ada di ruang kelas tapi bisa dilakukan dalam bentuk jarak jauh atau bahkan akses ke pembelajaran dengan platform digital,” ujar Amich.

“Kalau kita baca berbagai macam studi itu menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang terlalu menonjol antara mengikuti pembelajaran dengan platform digital secara online dengan pembelajaran secara fisik. Memang ada interaksi sosial yang berbeda, tapi dari sisi kalau seseorang itu mengikuti pembelajaran secara tekun dan passion-nya betul-betul total, itu tingkat penyerapan materi baik melalui platform digital maupun melalui interaksi langsung itu tidak ada perbedaan yang jauh,” katanya lagi.

Terakhir adalah perubahan lanskap lapangan pekerja akibat kemajuan teknologi dalam beberapa tahun terakhir.

Di Indonesia, lebih dari 10 persen tenaga kerja tergantikan oleh mesin yang meliputi operator, pekerja keterampilan dasar, dan pekerja pertanian terampil. Sementara itu, sebesar 62 persen pekerjaan baru akan hadir di sektor konstruksi, transportasi, pariwisata, dan industri ritel.

Seiring struktur ekonomi yang bergerak dari sektor pertanian ke industri manufaktur dan jasa, setiap lembaga pendidikan terutama pendidikan tinggi dituntut dapat mendidik dan melahirkan lulusan-lulusan degan kualifikasi bagus.

Setiap lulusan harus memiliki kemampuan kompetensi dasar (transformative competencies) yang bisa ditransformasikan dengan mudah, sejalan dinamika nan cepat perubahan ekonomi industri karena didorong urbanisasi global.

Selain itu, mereka perlu memiliki adaptabilitas tinggi dan bisa mudah berpindah dari satu lapangan pekerjaan ke pekerjaan lain (transferable skills).

“Syarat elementarnya (mempunyai transferable skills) adalah dua hal. Pertama, kognitif skills-nya bagus, basic skills-nya bagus yang diturunkan dari kognitif skills, dan yang kedua adalah soft skills yang kita semuanya sudah paham,” kata Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas.
Baca juga: Pakar sarankan stakeholder cek ulang pendidikan politik di Indonesia
Baca juga: Bappenas optimistis skor PISA Indonesia dapat meningkat di 2025

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024