"Alhamdulillah hari ini Pimpinan MPR RI bisa diterima oleh Sri Sultan di kesultanan keraton dan kami tadi banyak berdiskusi dengan beliau tentang banyak hal. Tentang sejarah RI termasuk masa perjuangan dahulu termasuk juga tentang tradisi-tradisi ora
Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Ahmad Muzani bersilaturahmi ke Kesultanan Jogjakarta Hadiningrat untuk bertemu dengan Sri Sultan Hamengkubuwono X untuk membahas pelestarian budaya dan sejarah Yogyakarta.
"Alhamdulillah hari ini Pimpinan MPR RI bisa diterima oleh Sri Sultan di kesultanan keraton dan kami tadi banyak berdiskusi dengan beliau tentang banyak hal. Tentang sejarah RI termasuk masa perjuangan dahulu termasuk juga tentang tradisi-tradisi orang tua kita dalam hal hal yang paling ringan seperti bagaimana menjaga kesehatan," kata Muzani dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Dalam pertemuan tersebut Muzani turut didampingi oleh Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat dan Hidayat Nur Wahid dengan didampingi Sekjen MPR Siti Fauziah.
Muzani mengaakan dalam pertemuan tersebut juga dibahas tentang kemungkinan-kemungkinan amandemen UUD 1945. Namun dia tidak menjelaskan amandemen terkait pasal apa yang dimaksud.
Dia menegaskan MPR berkomitmen untuk ikut melestarikan peninggalan sejarah dan kebudayaan Indonesia yang ada di keraton kesultanan Jogja.
"Sebagai lembaga yang bertugas untuk tetap menjaga nilai-nilai kebangsaan yang terus hidup tentu saja kami bisa berkolaborasi bersama terus melestarikan budaya dan nilai-nilai sejarah dengan keraton Yogyakarta," ujarnya.
"Tentu saja kita bisa bersilaturahmi terus dan tugas ngarso dalem cukup berat karena di satu sisi beliau adalah orang yang bertanggung jawab untuk terus menghidupkan tradisi dan kebudayaan yang harus terus hidup dalam kehidupan keraton dan tanah Jawa. Di satu sisi beliau adalah seorang gubernur yang harus mengendalikan roda pemerintah di pusat pemerintahan Yogyakarta," imbuhnya.
Pada kesempatan itu, Sri Sultan Hamengkubuwono X menyampaikan harapannya terkait diskusi dengan pimpinan MPR tersebut bisa diwujudkan.
"Harapan saya apa apa yang didiskusikan itu menjadi diskusi yang hidup dalam arti hidup itu, dipikirkan dipertimbangkan oleh pengambil kebijakan bagaimana menjadi bagian l strategi dalam mengikuti perkembangan tatanan jaman," ujarnya.
Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2024